KORANJURI.COM – Kubu Padang Tegal FC memberikan klarifikasi resminya terkait kejadian keributan dan aksi saling pukul antar pemain dalam babak semifinal Piala Soeratin U-17 zona Bali, yang mempertemukan Padang Tegal FC U-17 versus Garuda Muda Bali U-17 pada Sabtu (16/11/2024) sore di Stadion I Gusti Ngurah Rai, Denpasar.
Buntut dari kejadian itu membuat Komdis Asprov PSSI Bali menjatuhkan sanksi dan denda terhadap pelatih kepala tim U-17 Padang Tegal FC, I Made Pasek Alit dan pemain I Made Satya Putra melalui surat putusan yang dikeluarkan tanggal 22 Nopember 2024 bernomor 01/Komdis/PSSI-Bali/XI-2024 dan surat putusan bernomor 02/Komdis/PSSI-Bali/XI-2024.
Nah, bertempat di salah satu restaurant di kawasan Ubud, Gianyar, Senin (25/11/2024) siang, kubu Padang Tegal FC menjelaskan kronologis kejadian dan memberikan klarifikasi atas kesimpangsiuran pemberitaan yang dinilai memberatkan pihaknya. Khususnya sang pelatih dan pemainnya yang dihukum.
Hadir memberikan klarifikasi dan menjelaskan beberapa hal terkait sebelum dan sesudah kejadian. Selain manajer I Made Sumendra juga hadir beberapa tokoh penting klub yang bermarkas di Ubud tersebut.
Di antaranya, Wayan Gading Sugiarta (direktur teknik sekaligus koordinator), Made Parmita (Bendesa Adat), Kadek Era Sukadana (Ketua Umum), Yudiana (Humas), Wayan Raka (Ketua Harian) dan Ida Bagus Darmayuda (Bagian Olahraga)
Selaku koordinator Padang Tegal FC, Wayan Gading Sugiarta mengatakan, bahwa dirinya sangat menyayangkan dengan kejadian tersebut dan kasihan terhadap pelatih dan pemainnya yang dihukum tidak boleh aktif selama 1 tahun dan denda Rp 5 juta
“Tentunya kami kasihan dengan hukuman yang diberikan kepada mereka, apalagi kepada pelatih kami yang sedianya akan membawa tim ini mewakili Bali,” ujarnya.
Yudiana selaku Humas Padang Tegal FC juga menyatakan, bahwa apa yang mereka lihat di lapangan sama sekali beda dengan versi video ataupun laporan yang diterima Asprov PSSI Bali.
Bahkan, Yudiana mengaku heran dan memastikan situasi di lapangan yang diketahuinya tidak ada pihak pengaman selain panitia berseragam.
“Jangankan di dalam, yang jaga di depan pintu masuk yang seperti biasanya malah tidak ada. Lah biasanya kami di Padang Tegal saja saat menggelar pertandingan, yang jaga didepan minimal pecalang (pengaman desa adat),” ungkapnya.
Yudiana melanjutkan, bahwa yang lebih terasa aneh adalah di dalam stadion dan di pintu masuk saja tidak ada penjaganya sama sekali.
“Dalam lapangan yang kami lihat hanya ada panitia berseragam yang memakai atribut panitia. Yang menjadi pertanyaannya, apakah mereka panitia itu termasuk pihak keamanan atau stewart? Bahkan kami tidak melihat seorang polisi pun di lokasi,” tambahnya.
Sementara, Bendesa Adat Padang Tegal, Made Parmita menegaskan, bahwa pihaknya sangat menyesalkan dengan pemberitaan sepihak yang beredar di medsos yang terkesan seolah-olah ada tindakan brutal yang dilakukan Padang Tegal FC pada kejadian tersebut.
“Kami merasa disudutkan dengan beredarnya video yang tidak utuh, pun juga dengan viralnya berita kejadian di medsos yang menyudutkan nama klub dan nama desa kami yang selama 2 tahun ini sangat mendukung kiprah SSB Padang Tegal dalam pembinaannya,” ucap Made Parmita didampingi Ketua Umum Padang Tegal FC, Kadek Era Sukadana.
Sementara, Asprov PSSI Bali memastikan babak final Piala Soeratin Regional Bali yang diagendakan tanggal 29 November 2024 ditunda hingga waktu yang belum ditentukan.
“Babak Final Soeratin U15 dan U17 ditunda sampai waktu yang akan disampaikan nanti oleh Panitia Pelaksana kelanjutan dari kompetisi yang tertunda ini,” ujar Ketut Suardana, Ketua Umum Asprov PSSI Bali. (Yan Daulaka)