KORANJURI.COM – Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Erwin Soeriadimadja mengatakan, ada gap yang lebar antara inklusi keuangan dengan literasi keuangan.
Indeks Inklusi Keuangan Bali tercatat sebesar 92,21%. Sementara, Indeks Literasi Keuangan Bali hanya 57,66%.
Erwin menambahkan, kondisi itu jadi perhatian mengingat, tingkat pertumbuhan ekonomi di Bali masih ditandai dengan disparitas pertumbuhan antara Bali Utara dan Selatan.
“Untuk melakukan upaya perluasan akseptasi digital dan mindset masyarakat melalui edukasi digitalisasi sistem pembayaran,” kata Erwin, Jumat (22/11/2024).
Sebelumnya, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali menyelenggarakan Talkshow Perluasan Digitalisasi Sistem Pembayaran (Paradise).
Kegiatan dilaksanakan pada 19 November 2024 di The Stones Hotel, Bali dan secara
daring. Talkshow Paradise mengangkat topik ‘Cerdas Mengatur Keuangan dengan Aman dan Produktif (CAKAP)’ pada Selasa (19/11/2024).
Kegiatan itu juga digelar untuk sosialisasi waspada pinjaman online dan judi online.
Direktur Pengawasan Perilaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi, Pelindungan Konsumen dan Layanan Manajemen Strategis OJK Irhamsah mengatakan, hanya ada 97 fintech legal yang terdaftar di OJK, 90 konvensional dan 7 syariah.
“Masyarakat harus lebih berhati-hati dan selektif dalam memilih pinjaman online,” kata Irhamsyah.
Syahril Ramadhan dari Direktur Pengawasan Kepatuhan Penyedia Jasa Keuangan PPATK mengatakan, 70% laporan yang masuk ke PPATK terkait dengan kasus penipuan online.
Menurutnya, hal itu disebabkan oleh maraknya penyebaran informasi pribadi di media sosial karena kurangnya literasi digital.
“Penting bagi masyarakat untuk melaporkan aktivitas judi online kepada OJK, PPATK, dan kepolisian agar dapat ditindaklanjuti,” kata Syahril. (Way)