KORANJURI.COM – Sebanyak 25 orang ibu-ibu dari Kelurahan Sucenjurutengah, Kecamatan Bayan, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah mengikuti Pelatihan Kuliner Kreatif yang dimotori oleh Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jateng, bekerjasama dengan Dinperintransnaker Kabupaten Purworejo.
Berlangsung selama empat hari dari Senin (30/09/2024) hingga Kamis (03/10/2024), pelatihan tersebut merupakan implementasi dari Program Percepatan Penanganan Kemiskinan Ekstrim (P3KE). Pesertanya sendiri merupakan ibu-ibu dari keluarga kurang mampu berdasarkan data BDT.
Kepala Kelurahan Sucenjurutengah Lepot Agusmanto, SIP menjelaskan, selama 4 hari pelatihan, dua hari pertama diisi dengan teori dan dua hari selanjutnya dengan praktek kuliner kreatif.
“Terima kasih, kelurahan kami menjadi lokasi dari Program Percepatan Penanganan Kemiskinan Ekstrim,” jelas Agus Lepot, Selasa (01/10/2024).
Dia berharap, dari pasca pelatihan ini masyarakat yang menjadi peserta pelatihan akan mengembangkan dari hasil tutorial yang disampaikan narasumber dan merupakan suatu bentuk jenis usaha yang berkelanjutan.
“Jadi tidak hanya selesai pelatihan mereka-mereka berhenti tanpa ada kelanjutan dari program ini,” harap Agus Lepot.
Salah satu pemateri, Eri Sudibyo, dari BLK Semarang 2 Disnakertrans Provinsi Jateng, yang menjabat Fungsional Instruktur Manajemen dan Produktivitas mengungkapkan, bahwa program ini mengacu pada model pemasaran produk yang kekinian melalui media digital yaitu digital marketing walaupun dalam kapasitas dasar-dasar.
“Bagaimana kita memasarkan produk menggunakan media sosial setidaknya,” ujar Eri.
Kemudian materi tentang kewirausahaan dan manajemennya. Bagaimana pihaknya ingin membangun atau membangkitkan mentalitas sebagai pelaku usaha, apapun yang akan dikerjakan atau dimunculkan.
Menurut Eri, itu adalah bagaimana mereka bisa memulai tentang perjalanannya terserah pada yang bersangkutan. Apakah mau dalam bidang kuliner, minuman atau lainnya.
“Kalau sesuai program ya bidang kuliner kreatif kekinian, dengan mengangkat potensi-potensi atau sumberdaya yang ada di lingkungan setempat,” terang Eri.
Dia mencontohkan, pisang, singkong atau kelapa yang selama ini kurang dilirik tapi ternyata bisa menjadi satu produk kuliner kekinian.
Termasuk empon-empon minuman tradisional yang selama ini dikenal sebagai jamu, bagaimana hal itu bisa dikembangkan menjadi satu minuman kekinian juga
Untuk praktek di dua hari terakhir, dari BLK setempat akan dikenalkan, bagaimana menerapkan sebuah resep menu itu yang terukur dan prosesnya
“Bukan hanya sebatas itu saja, tapi bagaimana nanti dalam proses lanjutannya, harus mendasarkan pada kebersihan, kesehatan, higienitas, tingkat ketrampilannya kemudian bagaimana memproses secara berkwalitas,” kata Eri.
Dan juga bagaimana mengenalkan prinsip produktifitas yaitu efisiensi, bagaimana pengelolaan sumber-sumber yang bisa dikelola dengan baik ketika proses berlanjut. Efektivitas, ketercapaian di setiap tahapan proses sampai produk diterima konsumen sesuai dengan kebutuhan mereka. Karena sasarannya adalah kepuasan pelanggan.
Ketika bagaimana menciptakan sebuah proses yang berkwalitas, Input pengadaan bahan, materi diproses hingga menjadi output sebuah produk yang siap diterima konsumen. Itu merupakan satu rangkaian yang berkualitas.
Semuanya, menurut Eri, akan menjadi berkwalitas ketika berstandar. Contohnya dengan resep yang dipatuhi sesuai ukuran-ukurannya. Akan bisa dicapai kalau dilakukan dengan benar. Paling tidak melalui Program Percepatan Penanganan Kemiskinan Ekstrim (P3KE) yang di Jawa Tengah saa ini sedang digenjot dan ditangani
“Sehingga secara perekonomian, kesejahteraannya akan lebih baik lagi,” pungkas Eri. (Jon)