Tahun Politik, Desa Adat Jangan Dilibatkan Dalam Politik Praktis

oleh
Dewa Putu Susila (kiri) dan I Made Putrayadi (kanan) - foto: Koranjuri.com

KORANJURI.COM – Dua tokoh masyarakat asal Tabanan, I Dewa Putu Susila dan I Made Putrayadi mengkritisi terkait desa adat yang ikut berpolitik praktis dalam perhelatan pemilihan umum (pemilu) 2019, khususnya terkait pemilihan legislatif. Menurutnya, potensi perpecahan akan terjadi jika desa adat dijadikan alat politik. 

Adat, menurut Putrayadi, harus tetap netral dan berjalan sesuai koridornya. Bagi politisi, juga tidak seharusnya mempengaruhi adat untuk kegiatan politiknya, baik tersamar maupun secara terang-terangan.

Efeknya, menurut Putrayadi, jika ada anggota warganya yang berbeda pilihan, maka dikawatirkan akan ada kesepakangan alias dikucilkan. Bahkan yang paling parah, bisa dikeluarkan dari Desa Adat.

“Saya kurang sependapat tentang itu (desa adat dijadikan alat politik). Karena adat dan budaya yang ada di Bali, patut kita junjung tinggi,” ujar Made Putrayadi, Sabtu (13/10/2018).

Selain itu, tokoh muda asal Sanggulan, Kediri, Tabanan mengatakan, dirinya juga tidak setuju dengan adanya politik transaksional. Karena hal tersebut, mencederai hakikat dalam berdemokrasi.

Maju di Pileg Tabanan, Putrayadi memiliki sejumlah track record dalam segala kiprah di desa. Diantaranya, melakukan pengaspalan di jalan Gatot Subroto, Sanggulan, dengan dana pribadi. Termasuk, membawa desa Sanggulan sebagai juara kedua Aman Listrik se-Bali.

Sementara, Dewa Putu Susila yang merupakan pasangan tandem I Made Putrayadi, menyatakan hal senada. Menurutnya, Desa adat jangan mau diperalat dan terlibat dalam politik praktis. 

“Struktur desa adat jangan dipakai alat politik. Itu kurang baik, apalagi desa adat mengurusi parahyangan yang ada di desanya masing-masing,” ujar Dewa Putu Susila.

Sementara terkait dana bantuan sosial (bansos) yang dibawa calon legislatif petahana menurutnya, bansos itu adalah hak masyarakat. Dewan hanya mendistribusikan saja.

“Mari kita memilih figur dan melihat track record dari mereka masing-masing, dan pilihlah yang terbaik. Saya harap, desa adat itu bersikap netral,” tandasnya.

Di sisi lain, Dewa Putu Susila cukup aktif berkiprah di dunia organisasi. Saat ini, ia memegang jabatan strategis sebagai ketua
Serikat Pekerja Kesatuan Pelaut Indonesia (KPI) Bali. Posisi itu sudah dilakoni selama 20 tahun. (Way)

KORANJURI.com di Google News