KORANJURI.COM – Indonesia menempati posisi kedua di dunia dalam hal penanganan sampah. Diatasnya, Cina berada di posisi pertama. Isu tersebut menjadi pembahasan utama dalam Rapat Kesiapan International Monetery Fund (IMF) dan World Bank Annual Meeting yang akan diselenggarakan pada Oktober 2018 mendatang di Bali.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Panjaitan menyatakan, tumpukan sampah di Indonesia sudah setinggi 40 meter. Bahkan menurutnya, penelitian yang ada menyatakan, banyak ikan ditemukan dengan kandungan di dalam perutnya berisi plastik dengan prosentase 22 persen.
“Hal ini menjadi suatu kendala dan dapat berdampak pada generasi kita akibat dari sampah yang tidak kita olah,” jelas Luhut Binsar Panjaitan saat membuka Rapat Kesiapan International Monetery Fund (IMF) dan World Bank Annual Meeting di Hotel Mercure Bali Harvestland, Kuta, Kamis, 13 April 2017 kemarin.
Pulau Bali, menurut Menko Kemaritiman, merupakan kawasan nomer 6 di dunia dengan intensitas kunjungan wisatawan yang tinggi. Apabila persoalan sampah dibiarkan saja, akan menjadi isu dunia yang berpotensi menjatuhkan pariwisata yang ada.
Sementara, Sherlina Kawilarang dari PT Sumber Organik TPA Benowo Surabaya menyatakan, hingga saat ini, Bali bukan merupakan areal dalam Perpres 18 Tahun 2016 tentang Percepatan Pembangunan Pembangkit Listrik Berbasis Sampah di 7 kota di Indonesia.
Di Bali, menurut Sherlina, ada sekitar 2.500 ton sampah. Jumlah sampah itu apabila dikelola mampu menghasilkan hingga 20 ribu megawatt listrik.
“Namun kami juga membutuhkan lahan pengelolaan smapai 10 hektar. Disamping itu, kendala kami, Bali belum merupakan areal penanganan sampah sesuai Perpres tersebut,” jelas Sherlina.
Way