Gastronomi Makanan di Jatiluwih, dari Kebun Terhidang di Atas Meja

oleh
Jatiluwih Eco Farm di Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan - foto: Ist.

KORANJURI.COM – Makanan mewakili identitas kebudayaan. Seni tata boga itu dikembangkan di Jatiluwih Eco Farm, Tabanan. Destinasi wisata baru itu mengusung konsep farm to table, dari kebun terhidang ke meja.

Jatiluwih Eco Farm berbeda dengan Desa Wisata Jatiluwih yang diakui dunia dengan sawah berundaknya. Namun, kata pemilik Jatiluwih Eco Farm John K. Purna mengatakan, resto yang dilengkapi dengan helipad itu, mendukung keberadaan Desa Wisata Jatiluwih.

“Masih banyak yang akan kita kembangkan di sini, tapi yang terdekat akan dibangun vila yang semuanya dibangun dari kayu,” kata John Purna, Kamis (17/4/2025).

Selain memiliki daya tarik wisata alam yang diakui UNESCO, Jatiluwih juga terkenal dengan produk pertanian dan perkebunan. Tanaman kopi hingga tanaman buah tumbuh subur di lereng Gunung Batukaru itu.

Jhon mengatakan, untuk memberikan pengalaman gastronomi kepada wisatawan, 90 persen bahan baku makanan berasal dari Desa Jatiluwih.

Terutama, untuk buah-buahan, sayuran dan beras Jatiluwih yang sangat terkenal. Bahkan, kebutuhan daging ayam dan telor juga dipasok oleh warga lokal. Di kawasan situ, masyarakat juga banyak yang berprofesi sebagai peternak ayam petelor.

“Di sini konsepnya farm to table kita sudah mengajak seluruh masyarakat di Jatiluwih ini untuk menanam alpukat dan durian,” kata Jhon.

Kebutuhan buah alpukat menurut Jhon, banyak diminati oleh wisatawan kelas menengah ke atas. Dalam setiap sajian hidangan harus tersedia alpukat.

“Tren sekarang orang-orang middle up harus ada sediaan alpukat, jadi ini akan membuka kesempatan ekonomi untuk warga sekitar,” jelasnya. (Way)

KORANJURI.com di Google News