KORANJURI.COM – Masyarakat Bali teguh menjalankan tradisi dan budaya yang diwariskan para leluhurnya. Setiap aktifitas yang akan dilaksanakan selalu berkaitan dengan perhitungan hari baik.
Tradisi yang umum disebut Duase dalam perhitungan masyarakat Bali memiliki fungsi penting yang sarat akan makna simbolis dan religius. Seperti tradisi Duase Padi di DTW Jatiluwih, Tabanan, Bali.
Manajer Operasional DTW Jatiluwih I Ketut Purna atau John Purna menjelaskan, duase saat memanen padi dilaksanakan di Pura Sawah atau Gedong Carik.
“Secara simbolisasi, duase padi adalah perwujudan dari dewi sri atau dewi kemakmuran. Padi yang digunakan sebagai Duase adalah padi yang terletak di hulu carik atau padi yang ditanam di bagian depan,” kata John Purna, Rabu, 26 Juni 2024.
Padi yang telah kering disimpan di lumbung atau Jineng. Selanjutnya, akan diupacarai sesuai penanggalan duase yang disebut Mantenin
“Penentuan duase didasarkan pada hari baik sesuai kalender Bali. Sedangkan proses upacara merupakan ucapan syukur dan penghormatan kepada dewi sri atas hasil panen pertama,” jelasnya.
Tradisi duase padi itu, merupakan bentuk penghormatan kepada alam yang memberikan kehidupan dari hasil panen yang melimpah. Sembahyang di pura sawah menjadi momen untuk memohon kelancaran panen berikutnya dan menjaga keseimbangan alam.
Masyarakat petani di DTW Jatiluwih juga menjaga aktifitas ritual dengan mengunjungi pura Beji Uluning Sawah atau Pura Bedugul. Hal itu diyakini akan menghindarkan tanaman padi dari hama dan penyakit.
“Sehingga panen akan berlimpah,” kata John Purna. (Way)