Biksu dari 4 Negara Jalani Ritual Thudong Jelang Waisak, Apa Maknanya?

oleh
Puluhan biksu mempersiapkan perjalanan ritual Thudong menjelang Waisak - foto: Koranjuri.com

KORANJURI.COM – Waisak menjadi hari suci terpenting bagi umat Budha di seluruh dunia. Setiap perayaan Waisak, para biksu akan melakukan perjalanan spiritual yang disebut Thudong.

Para Biksu peserta ritual Thudong tiba di Indonesia pada 14 Mei 2024 di Bandara Soekarno-Hatta. Rute perjalanan Thudong dimulai dari titik awal di Pendopo Bupati Semarang, Ambarawa, Temanggung, dan berakhir di Candi Borobudur, Magelang.

Puluhan biksu yang mengikuti ritual Thudong berasal dari 4 negara yakni, Indonesia, Malaysia, Thailand dan Singapura.

Bhante Maha Wira asal Thailand mengatakan, Thudong merupakan perjalanan spiritual untuk melatih diri.

“Ritual perayaan menuju detik-detik Waisak dimulai dengan sakralisasi api abadi yang diambil dari Mrapen, Kabupaten Grobogan, hari ini,” kata Bhante Maha Wira, Selasa (21/5/2024).

Api abadi dari Mrapen melambangkan cahaya yang menghapus keadaan suram menjadi terang. Serta, memberikan semangat yang menyala dalam kehidupan.

“Dalam proses sakralisasi api abadi ini, dinyalakan lilin panca warna,” ujarnya.

Lilin warna biru diambil dari warna rambut Budha, yang mempunyai arti Bakti. Dengan pancaran lilin warna biru, diharapkan umat Budha bisa jadi orang yang berbakti kepada orang tua, agama, serta nusa dan bangsa.

Lilin warna kuning, dipercaya diambil dari warna kulit Budha yang melambangkan kebijaksanaan. Umat Budha diharapkan mampu memberikan pancaran kebijaksanaan, serta memahami perbuatan baik dan buruk.

Lilin merah, diambil dari warna darah Budha yang melambangkan cinta kasih universal yang memancar ke segala arah.

Lilin warna putih, diambil dari warna tulang dan gigi Budha yang melambangkan kesucian. Orang yang berhati suci akan memiliki kehidupan yang tenang dan damai.

“Mereka tahu mana yang baik dan tidak baik. Senantiasa melatih pikiran, ucapan dan perbuatan dengan baik,” jelas Bhante

Lilin warna Jingga yang diambil dari warna telapak tangan, kaki dan bibir Budha melambangkan semangat. Umat Budha diharapkan selalu semangat dalam menjalani kehidupan dan berbuat kebaikan.

“Akhirnya dalam doa-doa yang dipanjatkan, semua keberuntungan dan kebahagiaan diterima semua mahkluk di muka bumi ini,” jelasnya. (AK)

KORANJURI.com di Google News