KORANJURI.COM – Para predator atau paedofil masih menjadi momok bagi anak-anak. Di wilayah Bali, kasus pelecehan seksual anak-anak, baik yang terungkap maupun tidak terungkap, cukup banyak jumlahnya. Bali belum aman dari kasus paedofilia.
Kasus yang saat ini tengah marak namun hanya menjadi perbincangan di media sosial yakni, kaburnya anak-anak asuh sebuah Ashram di wilayah Klungkung, Bali. Persoalan itu masih sebatas tataran perbincangan, yang sepertinya, hanya untuk mendapatkan solusi terbaik ketimbang dibawa ke ranah hukum. Namun, disitu ada korban. Dan pelakunya masih bebas berkeliaran.
Dari informasi yang beredar, terduga pelaku sempat mencari perlindungan kepada tokoh-tokoh di Bali agar dirinya tidak dipolisikan.
Wayan Setiawan, seorang volunteer yang peduli terhadap anak mengungkapkan, kasus paedofilia yang terungkap di Bali itu, hanya di permukaan saja, dan masih banyak kasus-kasus pelecehan seksual menyimpang dengan korban anak yang tidak terungkap.
“Paedofil itu ibaratnya orang bersembunyi di tempat yang terang. Saya mengamati perilaku orang-orang asing yang datang ke Bali, ada beberapa diantaranya paedofil. Masalah paedofilia ini sudah menjadi perhatian dunia, ini kejahatan luar biasa,” jelas Wayan Setiawan, Senin (28/1/2019).
Yang mengerikan lagi, kata Wayan Setiawan, anak-anak yang jadi korban itu nantinya berpotensi besar akan menjadi pelaku. Untuk mengatasi itu, harus ada penanganan khusus. Jika perlu, jelas Wayan Setiawan, istilah paedofilia yang diganti dengan istilah Indonesia yang semua orang mudah memahami maknanya.
“Supaya para pelaku ini merasa risih juga karena menyandang predikat paedofil yang diistilahkan lain. Karena selama ini sepertinya, paedofil ini merasa sebutannya sangat keren. Sekarang, kalau perlu dibalik dengan istilah apa,” jelasnya.
Sementara, Bunda Putri Koster mengaku terhenyak dengan fakta jika Bali belum aman dari kasus paedofilia. Ia menyatakan akan memberikan pemahaman kepada ibu-ibu yang melalui PKK.
“Sebagai ibu masyarakat Bali, ibu banyak dititipi pesan, terutama yang menyangkut perempuan. Saya tergelitik dengan komentar-komentar netizen di media sosial terkait paedofilia. Sebagai ibu saya merasa khawatir, jangan-jangan paedofilia ini hanya tenang di permukaan,” jelas Putri Koster, Senin (28/1/2019).
Sebagai ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Bali, Putri Koster merasa harus bergerak memberikan edukasi kepada para ibu untuk menghindarkan anak-anak mereka dari kejahatan paedofilia.
Putri Koster mengaku banyak mencari masukan dari masyarakat untuk mengetahui lebih jauh persoalan itu. Masukan itu nantinya akan menjadi materi edukasi kepada publik melalui PKK.
“Agar para ibu memahami, bahwa buah hati kita harus kita jaga, harus kita perhatikan agar tidak menjadi korban. Termasuk mungkin, tanda-tanda tak biasa yang ditunjukkan anak-anak yang menjadi korban paedofilia, itu harus kita berikan edukasi,” jelasnya demikian. (Way)