KORANJURI.COM – Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI AU) memperingati HUT Ke-79 pada 9 April 2025. 79 tahun menjadi jejak pengabdian yang panjang dari pertempuran udara pertama hingga misi kemanusiaan global, dari pesawat latih sederhana hingga pesawat super canggih.
27 Oktober 1945, Agustinus Adi Sucipto menerbangkan pesawat Cureng Merah Putih untuk pertama kali di Yogyakarta.
Kemudian, tanggal 15 November 1945, pendidikan penerbangan pertama mulai dibuka di Maguwoharjo, Yogyakarta. Hal itu, sekaligus menegaskan sejak awal kemerdekaan kedaulatan langit Indonesia telah diperjuangkan sebagai milik bangsa sendiri.
Melalui penetapan pemerintah No: 6/S.D. tanggal 9 April 1946 Presiden Sukarno membentuk Tentara Republik Indonesia Angkatan Udara (TRI AU).
Penetapan itu juga memerintahkan TRI AU membentuk strukturnya sendiri. Selanjutnya, pimpinan tertinggi TRI AU menunjuk R. Soerjadi Soerjadarma sebagai Kepala Staf Tentara Republik Indonesia Angkatan Udara (TRI AU).
Pengangkatan itu juga menetapkan pangkat R. Soerjadi Soerjadarma menjadi Komodor Udara (Jenderal Mayor).
Wakil Kepala Staf TRI AU dijabat oleh R. Soekarnen Martokoesoemo berpangkat Komodor Udara (Jenderal Mayor) dan mengangkat Adisutjipto sebagai Wakil Kepala Kedua Staf TRI AU dengan pangkat Komodor Muda Udara (Kolonel).
Terbentuknya, susunan TRI AU pada 9 April 1946 selanjutnya diperingati sebagai hari lahir TNI AU.
“Hingga sekarang, TNI Angkatan Udara terus melangkah maju, dengan semangat Swa Bhuana Paksa, TNI AU siap menjaga kedaulatan udara nasional, untuk mewujudkan Indonesia Maju,” kata Komandan Lanud I Gusti Ngurah Rai Kolonel PNB Trinanda Hasan Febrianto, Rabu, 9 April 2025.
Sejak awal berdiri, TNI AU telah menunjukkan patriotisme luar biasa. Serangan udara pertama terjadi pada 29 Juli 1947. Para penerbang Indonesia berhasil melakukan serangan udara pertama terhadap markas Belanda di Semarang, Salatiga dan Ambarawa.
Pada hari yang sama, Belanda berhasil menembak jatuh pesawat Dakota yang membawa bantuan kemanusiaan. Peristiwa itu, mengakibatkan gugurnya Komodor Udara Agustinus Adisoetjipto, Komodor Udara Abdul Rahman dan Opsir Muda Udara 1 Adi Soemarmo Wirjokusumo.
Invasi udara terhadap pendudukan Belanda berikutnya terjadi pada 17 Oktober 1947. Pesawat Dakota C-47 RI-002 berhasil menerobos blokade Belanda dan menerjunkan 13 penerjun payung di Kalimantan.
Pada 1 Juli 1950, AURI menerima berbagai alutsista dari Belanda di antaranya, pesawat Mustang dan Dakota. Industri penerbangan mulai dirintis dengan lahirnya pesawat Si Kumbang, Si Belalang 85 dan Si Kunang 85.
AURI berperan aktif dalam operasi penumpasan pemberontakan DI/TII, PRRI/Permesta dan RMS. Selain itu, operasi Trikora dan Dwikora, penumpasan G30S/PKI. Serta, terus menyalakan misi kemanusiaan di dalam dan luar negeri. (Way)