KORANJURI.COM – Kebesaran nama Prof. Dr. I Made Bandem di bidang seni diakui oleh dunia. Bahkan, oleh media terkemuka di Amerika Serikat The New York Times, ia dijuluki ‘Joe Papp of Bali’.
Julukan kebesaran itu layak disandang oleh I Made Bandem, tokoh pemikir kebudayaan Bali yang diperhitungkan abad ini. Ia telah berkarya selama hampir 80 tahun di dunia kesenian.
“Joe Papp itu adalah seorang ahli teater dari Amerika Serikat yang mengembangkan teater profesional di Broadway. Jadi, teater berbayar dengan teknik yang modern,” kata Made Bandem dalam Festival Kesenian Rakyat Nusantara (FKRN) di Tukad Bindu, Kesiman, Denpasar, Minggu, 28 Juli 2024.
Julukan yang disandangnya itu berkaitan dengan dirinya saat memimpin diplomasi kebudayaan melalui Festival Kebudayaan Indonesia Amerika Serikat (KIAS) 1990-1991. Bandem menjadi kurator dan memimpin delegasi kesenian Indonesia ke negeri Paman Sam.
Sebagai artistic director, Made Bandem jadi orang pertama dari Indonesia yang berhasil
membawa kesenian Bali tampil di dunia Internasional secara profesional. Sementara, di Bali banyak kesenian yang masih dipentaskan untuk kepentingan upacara keagamaan.
“Apa tantangannya, bagaimana caranya mengemas, supaya tari Bali, tari Indonesia pun bisa tampil di dunia internasional,” ujarnya.
Perjalanan berkesenian Made Bandem yang telah memasuki masa 80 tahun, diangkat dalam sebuah event Festival Kesenian Rakyat Nusantara dengan tema ‘Tribute to Prof. Bandem’.
Ia membawakan tari Arsawijaya, sebuah tarian topeng yang digubah pada tahun 1960-an. Pertunjukan itu menggambarkan cerita dari sastra Babad atau sejarah silsilah kerajaan, pura, dan keluarga kerajaan.
Dalam hal ini, Arsawijaya mengacu pada watak raja yang halus dan bermartabat yang melambangkan sifat-sifat ideal raja-raja Nusantara dan Bali, murni dalam pemikiran, kebenaran dalam tindakan, serta anggun.
“Topeng yang saya gunakan itu hadiah dari Raja Bangli terakhir yang diberikan kepada ayah saya I Made Kredek. Jadi ini the royal mask,” kata Made Bandem.
I Made Kredek ayah dari Made Bandem merupakan ahli Teater dan Arja, yang menjadi penari di Istana Kepresidenan Tampaksiring.
“Saya menari sejak umur 8 tahun, Tari Baris, Kebyar Duduk, Tari Anoman Sandratari Ramayana ciptaan saya tahun 1965. Selebihnya saya menari Kebyar, menari Gambuh, menari topeng dan Arja juga,” kata akademisi dan guru besar bidang etnomusikologi ini. (Way)