KORANJURI.COM – Presiden Komisaris PT Bali Turtle Island Development (BTID) Tantowi Yahya mengatakan, pemberitaan yang berkembang terkait Kawasan Ekonomi Khusus Kura Kura Bali, diakui berpengaruh terhadap investor.
Menurutnya, narasi yang berkembang melalui pemberitaan dan video di medsos terkait KEK Kura Kura Bali, sudah menjadi persoalan untuk calon investor.
“Itu sudah kami rasakan, walaupun mereka tidak membaca berita langsung, pasti diceritakan oleh partner mereka yang ada di Bali,” kata Tantowi Kampus UID, KEK Kura Kura, Denpasar, Senin, 24 Maret 2025.
Tantowi mengatakan, dengan semakin banyak munculnya disinformasi yang muncul, dirinya mengkhawatirkan, impresi itu akan terbentuk sehingga calon investor tak mau berinvestasi di Bali.
“Ini bisa menimbulkan citra yang tidak bagus baik untuk para investor nasional maupun investor dunia,” ujarnya.
Ia mengatakan, indikasi menurunnya kunjungan turis asing ke Bali terlihat dalam tiga bulan terakhir.
“Jangan sampai kondisi itu karena investor mengalihkan destinasinya dari Bali ke tempat lain. Kalau sampai itu terjadi ya rugilah kita semua,” jelas Tantowi Yahya.
Ia menambahkan, KEK Kura Kura Bali bukan sekadar proyek pembangunan, tapi bagian
dari visi besar pertumbuhan ekonomi Bali berkelanjutan, sesuai Peta Jalan
Ekonomi Kerthi Bali.
Penyerapan tenaga kerja BTID juga telah memenuhi Peraturan Daerah (Perda) Provinsi Bali No. 3 Tahun 2024 tentang Pemberian Insentif dan kemudahan investasi.
Penyerapan tenaga kerja lokal Bali mencapai
50% dari total tenaga kerja, 29% di antaranya berasal dari Serangan.
“KEK Kura Kura Bali dirancang sebagai katalis ekonomi inklusif berbasis budaya, yang
berpedoman pada filosofi Tri Hita Karana dan Sad Kerthi,” kata Tantowi Yahya.
Isu adanya ketegangan antara BTID dan warga Serangan hingga pembangunan yang mengabaikan kepentingan warga di sekitar Pulau Serangan, sebelumnya mencuat secara masif.
Jro Bendesa Desa Adat Serangan I Nyoman Gede Pariatha membantah narasi tersebut. Menurutnya, perubahan positif terjadi sejak kehadiran BTID. Ia menambahkan, dulu warga berjuang keras untuk berobat, sekolah, atau bekerja.
Sekarang, kita bisa melihat perubahan nyata, ada akses jalan darat yang lebih baik. Sejarah dulu, akses dari dan ke Pulau Serangan sangat terbatas, sehingga menyulitkan warga untuk mendapatkan pendidikan, kesehatan, dan pekerjaan,” kata Pariatha.
Dengan adanya jembatan penghubung ke pulau, ratusan ribu umat Hindu Bali dapat melakukan persembahyangan ke Pura Sakenan saat hari Raya Galungan dan Kuningan.
Ketua MDA Kota Denpasar Anak Agung Ketut Sudiana menepis anggapan kalau warga Serangan terpinggirkan karena adanya penataan KEK Kura Kura Bali.
“Justru mereka diberikan akses untuk berpartisipasi dalam pembangunan ini, hingga dapat dirasakan daya ungkit pertumbuhan ekonominya. Astungkara, hal ini telah berjalan,” kata Sudiana. (Way)