Profesi Dalang Masih Dianggap Kekinian, Ini Buktinya…

oleh
Aksi dalang bocah pada Temu Dalang Bocah Nusantara di Taman Budaya Jawa Tengah (TBJT) - foto: Media/Koranjuri.com

KORANJURI.COM – Sanggar Padepokan Seni Sarotama Surakarta kembali menggelar ajang Temu Dalang Bocah Nusantara. Ini yang ketujuh kai yang diikuti 187 dalang bocah. Banyaknya peserta yang merupakan dalang cilik membuat panitia mengatur acara hingga sepekan lamanya.

Ketua panitia acara Temu Dalang Bocah Nusantara, Singgih Sri Cundo Manik (45) mengatakan, temu dalang bocah memiliki tujuan menanamkan kecintaan generasi muda pada seni tradisi dan warisan leluhur. Sekaligus untuk mengukur minat generasi muda terhadap seni tradisi pedalangan.

“Profesi dalang masih banyak diminati kalangan muda bahkan anak-anak. Jadi profesi dalang tidak akan pernah redup ditelan perkembangan jaman dan saya meyakini akan tetap eksis,” jelas Singgih.

Peserta acara berasal dari anak-anak usia Paud-TK-SD dan SMP baik dari sanggar, pendidikan formal maupun individu yang mendapat rekomendasi dari Pemda atau Pepadi setempat. Peserta dibagi 3 kelompok dengan kategori durasi waktu yakni, kelompok A, usia Paud-SD kelas II dengan durasi penyajian 20 menit. Lalu kelompok B, usia SD kelas III-V dengan durasi penyajian 30 menit. Dan kelompok C, usia SD kelas VI-SMP kelas VIII.

“Setiap peserta bebas untuk memilih lakon cerita, jenis wayang, dan gaya pewayangannya,” lanjut Singgih saat acara press release acara tersebut.

Namun karena segmentasi acara untuk anak-anak, maka cerita atau lakon yang dibawakan kebanyakan memang dikondisikan bernuansa anak. Atau, diarahkan kepada cerita yang bersifat edukatif (mendidik). Gelaran temu dalang bocah kali ini memang patut disyukuri. Karena animo peserta semakin bertambah dari acara-acara sejenis sebelumnya.

Dulu sewaktu digelar temu dalang bocah pertama kalinya pada tahun 2005, peserta yang datang hanya sekitar 29 dalang bocah. Lalu di tahun 2007, peserta bertambah menjadi 34 dalang. Selanjutnya di tahun 2009 bertambah lagi menjadi 41 peserta. Berturut-turut pada gelaran selanjutnya, yaitu di tahun 2011 meningkat lagi menjadi 77 peserta.

Bahkan di tahun 2011 tersebut berhasil memecahkan rekor MURI dengan kategori pertunjukan dalang bocah paling banyak pesertanya. Lalu di tahun 2013 semakin bertambah menjadi 125 dalang bocah. Berikutnya di tahun 2015 menjadi 185 peserta. Dan di tahun 2017 ini meskipun hanya bertambah 2 peserta, tetap saja jumlah peserta 187 tersebut menjadi indikasi meningkatnya ketertarikan generasi muda untuk menyukai seni pedalangan.

“Rasa tertarik tersebut sudah lebih dari cukup, untuk menjadi dasar pengembangan bakat dan minat si anak terhadap perkembangan dunia seni pedalangan selanjutnya,” sambung Mujiono, yang juga menjadi sesepuh dari sanggar Sarotama. (med)

KORANJURI.com di Google News