Momen Koster Sentil Pelaku Wisata: Jangan Pelit!

oleh
Gubernur Bali Wayan Koster - foto: Istimewa

KORANJURI.COM – Gubernur Bali Wayan Koster menghadiri Rakerda Association of The Indonesian Tours & Travel Agencies (ASITA) pada Kamis (27/2/2025) lalu. Pada kesempatan itu, Koster menyinggung soal pariwisata yang muncul karena budaya yang ada Bali.

Hal yang sama juga dia ungkapkan saat menutup Bulan Bahasa Bali VII di Taman Budaya Provinsi Bali, Sabtu (1/3/2025).

“Waktu di Rakerda ASITA, pelaku usaha pariwisata saya berbicara keras, tanpa budaya pariwisata di Bali tidak ada, selama ini yang membangun pariwisata itu adalah budaya, sebaliknya pariwisata kurang membangun budayanya,” kata Koster.

Dalam Rakerda ASITA itu, Koster melihat rangkaian kegiatan tidak menggunakan gamelan Bali. Koster menyentil akan mengumpulkan organisasi pelaku pariwisata hingga pengelola hotel untuk patungan.

Menurutnya, dengan saling patungan antara sesama pelaku wisata, ketika ada kegiatan sudah siap anggaran. Dikatakan, bagi pelaku pariwisata sangat mudah untuk membangun pariwisata berbasis budaya.

“Nanti kita kumpulkan bersama, masing-masing saling patungan. Jadi ada dana cadangan, nanti kalau ada kegiatan langsung punya uang, jangan ajukan proposal kaya anak mahasiswa saja. Di sini kan punya hotel, masa pelit?” sentil Koster.

Gubernur Bali dua periode meminta kepada pelaku usaha pariwisata tertib dalam menggunakan aksara Bali. Secara tegas, Koster juga akan memberikan sanksi pencabutan izin hotel yang melanggar.

Termasuk, aturan penggunaan busana Bali setiap hari Kamis dan pemanfaatan produk-produk lokal Bali, serta larangan penggunaan plastik sekali pakai, harus diikuti oleh pelaku usaha akomodasi pariwisata.

“Kalau ada yang melanggar, saya pasti akan tindak tegas. Daripada merusak pariwisata Bali, sebaiknya jangan, taati aturan. Kita ingin pariwisata Bali ini bagus, berkualitas dan berkelanjutan, inget itu,” ujarnya.

“Karena rejekinya bapak-bapak ini dari pariwisata maka mari kita bawa pariwisata ini dengan baik,” tambah Koster.

Ia mengatakan, pemerintah telah membuat sejumlah regulasi untuk menata pariwisata Bali ke depan agar lebih baik. Ia mengajak, melalui regulasi yang ada, pelaku usaha pariwisata ikut membantu dengan menjalankan secara tertib kebijakan yang ada.

“Jadi jangan, asik-asik saja menikmati keuntungan terus. Beli ikannya dari nelayan, beli buahnya dari petani, supaya mereka juga dapat manfaat dari pariwisata,” kata Koster.

Sementara, Gubernur Bali Wayan Koster memaparkan kelanjutan pembangunan Pusat Kebudayaan Bali akan menggunakan skema kerjasama dengan pihak ketiga.

Tahun ini akan ada tindak lanjut perjanjian kerjasama untuk zona yang potensial seluas sekitar 100 hektar dalam waktu 50 tahun. Nilai dari kerjasama itu Rp2 triliun.

“Rp2 triliun ini yang akan dipakai untuk membangun fasilitas kebudayaan, itu akan dibangun, Astungkara mulai tahun ini,” jelas Wayan Koster. (Way)

KORANJURI.com di Google News