Masuk Pokli Gubernur, Rektor UPMI Bali: Masih Ada Gap Pendidikan Negeri dan Swasta

oleh
Rektor Universitas PGRI Mahadewa Bali Prof. Dr. Drs. I Made Suarta, S.H., M.Hum. - foto: Koranjuri.com

KORANJURI.COM – Kepemimpinan Gubernur Bali Wayan Koster periode 2025-2030 dibantu oleh 48 Kelompok Ahli (Pokli). Salah satu profesional bidang pendidikan yang masuk dalam jajaran kelompok ahli adalah Prof. Dr. Drs. I Made Suarta, S.H., M.Hum.

Rektor Universitas PGRI Mahadewa Bali itu duduk sebagai Ahli Pendidikan. Made Suarta mengatakan, terhadap kondisi pendidikan di Provinsi Bali, dirinya melihat masih terjadi gap yang cukup dalam antara sekolah negeri dengan swasta.

“Saya sudah melakukan pemetaan yang cukup terlihat masih ada gap, antara sekolah negeri dan swasta. Saya percaya dan yakin Pak Gubernur punya komitmen tinggi untuk membenahi itu,” kata Made Suarta, Senin, 10 Maret 2025.

Made Suarta menambahkan, Gubernur Bali Wayan Koster sudah cukup memahami kondisi pendidikan. Hal itu karena latar belakangnya sebagai sebagai seorang akademisi yang pernah duduk di Komisi X DPR RI.

“Kalau itu nanti dibutuhkan oleh Gubernur, saya akan paparkan sebagai masukan, terkait kondisi pendidikan di Bali, dan seperti itulah kondisinya. Beliau juga tidak alergi menerima masukan,” kata Made Suarta.

Menurutnya, pendidikan di Bali tak kalah dengan yang ada di daerah lain, terutama di wilayah Pulau Jawa. Cukup banyak lembaga pendidikan di Bali yang berkualifikasi dan mencetak tamatan dengan prestasi nasional hingga internasional.

“Sumber daya manusia yang ada di Bali juga unggul, lembaga pendidikan yang dikelola pemerintah hingga swasta cukup banyak. Tinggal bagaimana memperpendek kesenjangan antara lembaga pendidikan negeri dan swasta,” jelas Rektor UPMI Bali.

Sementara, kedekatan antara Wayan Koster dan Made Suarta terjadi saat dirinya tampil sebagai penari dalam pementasan drama tari klasik di Gedung Kesenian Jakarta (GKJ) tahun 2001. Saat itu Wayan Koster terlibat dalam pentas kesenian yang bekerjasama dengan Kemenbudpar, semasa dipegang oleh Menteri I Gede Ardika.

Rektor UPMI Bali mengisahkan, pementasan bersama Srimulat itu cukup berhasil dan menyedot banyak penonton. Durasi pentas yang seharusnya selama 3 jam diperpanjang menjadi 5 jam dalam pentas hari pertama.

“Di situlah komitmen seorang pemimpin teruji, teguh dalam pendirian, beliau berjanji memberikan bonus usai pentas, tanpa ditagih pun, bonus itu diberikan kepada para seniman Bali yang tampil saat itu,” ujarnya.

Selain itu, dirinya melihat Wayan Koster juga seorang pecinta seni dan budaya. Maka tak mengherankan, kalau dalam program yang dijalankan tak lepas dari membangun kebudayaan.

Visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali yang digagas Wayan Koster, dalam pandangannya, menguatkan adat istiadat Bali, menggali yang ada, dan menjaga keajegan taksu Bali.

“Maka cuma pada jaman beliau saja kita wajib pake endek, berbusana adat Bali, hingga berbahasa Bali. Kebetulan saya juga seniman yang mencintai budaya, adat dan tradisi, jadi nyambungnya di situ,” ujar Rektor UPMI Bali. (Way)

KORANJURI.com di Google News