Koleksi 22 Desainer Muda Tampil di Atas Catwalk Susan Budihardjo

oleh
Lembaga Pengajaran Tata Busana (LPTB) Susan Budihardjo menggelar puncak graduasi di Bali - foto: Koranjuri.com

KORANJURI.COM – 22 desainer muda yang tampil dalam peragaan busana mengusung tema Time. Mereka berasal dari Jakarta, Semarang, Surabaya dan Bali.

Kolaborasi perancang busana empat kota mengisi acara puncak graduasi Lembaga Pengajaran tata Busana (LPTB) Susan Budihardjo, Sabtu (16/2/2020).

“Peragaan busana ini adalah puncaknya. Sebelum ini, mereka diwisuda dan memberikan presentasi terkait karya busana yang ditampilkan pada malam hari ini,” jelas Susan Budihardjo, Sabtu (15/2/2020).

Menurut Susan, siswa yang lulus saat ini telah menyandang gelar perancang muda. Mereka masih punya kesempatan panjang untuk menempatkan diri pada profesinya. Dikatakan, sekolah keterampilan itu bukan hanya mengajarkan mendesain busana saja.

Namun, kata Susan, pihaknya juga mengajarkan seluruh bidang dalam dunia mode, termasuk kemampuan membuat pola, menjahit, maupun teknik lain yang dikerjakan oleh tim di balik panggung catwalk.

Foto: Istimewa
Foto: Istimewa

“Jadi kerja mereka adalah tim, mereka tidak bisa bekerja sendiri. Itu yang kita latih. Sebagai perancang muda, mereka sudah cukup kompeten di bidangnya, sambil terus terjun ke masyarakat,” ujarnya.

Sedikit mengulik tentang karya busana yang dipamerkan oleh siswa lulusan tahun ini, Susan menyebut, ada banyak kreasi dan imajinasi yang muncul. Yang pasti, menurut founder LPTB Susan Budihardjo ini, kreasi mereka tampil sesuai latarbelakang dan kehidupan sosial dimana siswa berasal.

Siswa dari Bali, dikatakannya, lebih banyak mengeksplorasi karya busana bergaya tropis. Sedangkan siswa asal Jakarta banyak mengeksplorasi kehidupan metropolitan. Berbeda lagi dengan siswa dari Semarang atau Surabaya, karya fashion desain mereka cenderung menampilkan busana tertutup. Ada juga yang bergaya sporty.

Time atau Waktu yang menjadi payung besar dari peragaaan busana itu dikatakan Susan, memiliki tingkat kesulitan tersendiri. Siswa harus menterjemahkan maknanya yang disesuaikan dengan kondisi sekarang. Namun tantangan tersebut berhasil dilewati oleh alumni tahun ini.

“Fashion selalu berkembang, tapi ada kalanya, tren akan kembali ke masa lalu, tanpa harus menghentikan perjalanan fashion itu sendiri,” jelas Susan. (Way)

KORANJURI.com di Google News