BI Siapkan Rp2,8 Triliun untuk Melayani Penukaran Uang saat Libur Nataru 2024

oleh
Sekretaris Daerah Provinsi Bali I Dewa Made Indra (kiri) dan Kepala Kantor Wilayah Bank Indonesia Provinsi Bali Erwin Soeriadimadja (kanan) saat High Level Meeting (HLM) Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) serta Tim Percepatan dan Perluasan Digitalisasi Daerah (TP2DD) Provinsi Bali, Jumat, 20 Desember 2024 - foto: Koranjuri.com

KORANJURI.COM – Menyiapkan kebutuhan masyarakat menjelang libur Natal dan Tahun Baru 2034/2025, Bank Indonesia melayani penukaran uang kartal. Tahun ini, Bank Indonesia menyiapkan Rp2,8 triliun uang kartal.

Kepala Kantor Wilayah Bank Indonesia Provinsi Bali Erwin Soeriadimadja mengatakan, tahun ini ada kenaikan 10 persen uang kartal yang disiapkan BI dibandingkan tahun lalu.

“Kenaikan penyediaan uang kartal oleh BI bersearah dengan pertumbuhan ekonomi di Bali yang terus naik,” kata Erwin HLM TPID dan TP2DD Provinsi Bali di Kantor BI Bali, Jumat, 20 Desember 2024.

Kebutuhan uang kartal itu, kata Erwin, untuk mendukung aktifitas masyarakat saat libur panjang Nataru tahun 2024. Dirinya juga menekankan pihak perbankan untuk meningkatkan kebutuhan uang tunai melalui mesin ATM.

“Ini untuk memudahkan masyarakat mengakses layanan perbankan sekaligus meningkatkan perekonomian di masyarakat,” kata Erwin.

Masyarakat yang ingin melakukan penukaran uang tunai mendatangi perbankan di seluruh Bali. Selain itu, BI juga menyiapkan kas keliling untuk penukaran uang kartal itu.

Menurut Erwin, uang kartal masih dibutuhkan untuk perputaran ekonomi di masyarakat. Meski saat ini, Bank Indonesia terus mendorong program digitalisasi atau e-money.

“Masih ada kebutuhan masyarakat untuk pembayaran dengan uang kartal yang harus terus kita layani,” jelas Erwin.

Sementara, dalam High Level Meeting (HLM) Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) serta Tim Percepatan dan Perluasan Digitalisasi Daerah (TP2DD) Provinsi Bali, Sekda Bali Dewa Made Indra mengatakan, dalam setiap peak season, ada potensi lonjakan harga barang kebutuhan pokok.

Kehadiran TPID dsb TP2DD untuk memantau gejolak harga yang berpotensi tinggi terjadi karena dipicu arus mobilisasi tinggi wisatawan ke Bali.

“Terutama soal ketersediaan barang, apakah cukup untuk masyarakat kita ditambah kebutuhan wisatawan yang akan melonjak di akhir tahun,” kata Dewa Indra.

Pihaknya juga mencermati dampak cuaca ekstrem yang belakangan melanda Bali. Kondisi cuaca buruk juga dapat memicu kendal distribusi pasokan kebutuhan pokok.

“Ini harus diantisipasi, komoditas apa yang dalam tahun sebelumnya, bisa berpotensi menimbulkan kenaikan harga signifikan, tadi disebut untuk pangan antara lain, bawang merah, tomat, dan cabe,” jelas Sekda Bali Dewa Made Indra. (Way)

KORANJURI.com di Google News