Sesantuy Bule di Sanur, Menikmati Usia Senja dari Hasil Kerja Keras di Masa Muda

oleh
Aktifitas bule-bule di destinasi wisata Sanur - foto: Koranjuri.com

KORANJURI.COM – Kawasan Sanur jadi salah satu destinasi wisata di Bali yang popularitasnya tak kalah dengan Kuta. Kedua destinasi wisata itu sama-sama jadi tempat favorit bule.

Bedanya, populasi bule di Sanur banyak didominasi usia veteran. Sedangkan, bule yang muda-muda lebih suka berada di Kuta, Gang Popies hingga ke kawasan Legian. Wajar, pusatnya hingar bingar gemerlap Bali memang ada di Selatan. Terutama, blok KGPL (Kuta, Gang Popies dan Legian).

Meski terkenal dengan selera oldies, Sanur tak kehilangan jumlah kunjungan wisman. Justru, banyak yang memilih Sanur untuk tinggal dalam waktu lama. Terutama, bule-bule yang suka hidup tenang, jauh dari berisik dan untuk mengikuti rate harga lokal alias murah.

Berbekal tabungan kerja kerasnya di masa muda, mereka bisa hidup layak di negeri orang. Minimal untuk setengah tahun bahkan lebih. Apalagi bule yang punya bekal pensiunan. Harga sewa rumah, vila satu kamar, mansion, termasuk regency, bagi mereka tidak mahal-mahal amat. Cukup Mantab (makan tabungan) semua kebutuhan bisa dicover.

Yang penting bagi orang asing, suasana nyaman, tidak banyak gangguan, harga berapa pun tak jadi masalah.

Catatannya, narasi ini untuk warga asing yang telah bekerja dengan skema upah standar negara maju. Kerja keras di masa muda menjamin kesejahteraan di masa tua.
Ditambah uang pesangon kerja, klop untuk biaya plesiran!

Kalau di kita? Di Indonesia? Boro-boro. Kerja keras bukan jaminan kalau belum punya nasib baik.

Sebotol Bintang Kecil Seharga Rp 35 Ribu

Sore hari jadi waktu mereka mencari suasana hangat. Di jalan Danau Tempe cukup ramai. Kedai-kedai mirip cafe bertebaran di sepanjang jalan yang identik dengan pusat ‘bisnis lendir’ di Denpasar itu (biarpun sebagian sudah ditutup).

Umumnya, bule-bule lansia ngumpul bareng, kongkow-kongkow sembari menikmati sebotol bir bintang kecil seharga Rp 35 ribu/botol. Sejumlah kedai ada juga yang membranding jualannya biar meriah dengan tambahan tayangan olahraga di televisi berlayar besar. Yang datang pasti juga pelanggan yang suka dengan channel sports.

Sejumlah wisman menikmati suasana di kawasan destinasi wisata Sanur – foto: Koranjuri.com

Dari arah Danau Tempe menuju jalan Danau Tamblingan lebih padat lagi. Di situ bukan cuma cafe saja, tapi penuh hotel-hotel berbintang sampai ke gang-gang kecil yang tembus ke pantai Mertasari. Belum lagi jumlah homestay di gang-gang kecil Sanur. Berderet penuh persaingan cari penghuni kamar. Tapi selalu full booked.

Di sepanjang trotoar jalan Danau Tamblingan, ratusan butik-butik pinggir jalan tak pernah sepi pembeli. Begitu pula dengan layanan kebugaran macam, pijat refleksi, spa hingga manicure pedicure juga tak pernah kehilangan ‘pembeli’.

Seorang terapis perempuan mengatakan kepada saya, pelanggannya lebih banyak bule ketimbang orang lokal.

“Harga untuk bule dengan harga lokal berbeda, kami di sini punya banyak pelanggan bule yang rutin selalu datang untuk perawatan atau spa,” kata perempuan asal Pulau Timor sebut saja namanya Angela. (*/Way)

KORANJURI.com di Google News