Self-Inflating Tissue Expander untuk Chron’s Disease

oleh
Sasza Chyntara Nabilla, seorang mahasiswi program Doktor dari Departement of Materials, Universitas Oxford yang juga alumni mahasiswi Institut Teknologi Surabaya (ITS) - foto: Istimewa

KORANJURI.COM – Sasza Chyntara Nabilla, seorang mahasiswi program Doktor dari Departement of Materials, Universitas Oxford, membahas tentang risetnya dalam Seminar dan Diskusi yang diadakan oleh Oxford Society of Indonesia di Jakarta, Rabu (9/1/2019), bertempat di Gedung Universitas Atmajaya, Jakarta Pusat.

Presiden Oxford Society of Indonesia Rio Haminoto mengungkapkan, bahasa hasil riset dalam seminar dan diskusi yang dipaparkan oleh Sazsa Chyntara Nabilla akan diajukan dalam desertasi gelar Doktornya sekaligus penemuan baru dalam penyembuhan medis.

Sasza Chyntara Nabilla merupakan lulusan BEng Materials and Metallurgical Engineering dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) di Surabaya. Pada usianya yang relatif muda, Ia juga telah menerima gelar Master dari dua universitas, ITS dan National Taiwan University of Science and Technology.

Apa itu Chron’s Disease? Chron’s Disease (Penyakit Chron) adalah salah satu penyakit radang usus kronis yang menyebabkan terjadinya peradangan pada seluruh lapisan dinding sistem pencernaan (gastrointestinal tract/GI) dari mulut hingga anus. Namun pada kebanyakan kasus, penyakit Chron sering menyerang pada bagian usus kecil, tepatnya pada bagian ileum dan usus besar (kolon).

Bagaimana penyakit ini dapat membebani penderita? Sekitar satu juta orang menderita penyakit Chron, sebanyak 70 persen diantaranya memerlukan operasi pemotongan usus dan sebanyak 39 persen pasien akan memerlukan operasi pemotongan usus lanjutan dalam kurun waktu delapan sampai 10 tahun.

Beberapa faktor yang dapat meningkatkan resiko munculnya penyakit ini diantaranya, keturunan, gangguan sistem kekebalan tubuh, merokok, dan riwayat infeksi. Prognosis dari penyakit Chron dapat memicu pengembangan short bowel syndrome (SBS) yang akhirnya dapat mengakibatkan malnutrisi, gangguan elektrolit, malabsorpsi, dan kematian.

Peran Tissue Expander

Dalam risetnya, Sasza mensintesa hydrogel tissue expander yang merupakan material terbarukan untuk mengatasi masalah SBS dengan cara mengembangkan jaringan baru di usus. Pada prinsipnya, hydrogel dapat mengembang secara osmosis melalui cairan tubuh tanpa membutuhkan injeksi dari perangkat luar atau inflasi manual.

Pada sistem kerjanya, Hydrogel akan diaplikasikan dan diimplan pada usus kecil, khususnya pada distal ileum. Pada saat proses ekspansi hydrogel, pertumbuhan usus kecil dipacu oleh produksi force dari hydrogel explander yang dapat meregangkan ileum. Namun, berapa jumlah force yang diperlukan untuk meregangkan ileum dengan aman masih belum diketahui, sehingga desain dari hydrogel yang akan diimplan di dalam usus akan menjadi sangat krusial.

Tujuan penelitian Sasza adalah untuk menciptakan hydrogel expander device yang dapat mengatasi masalah-masalah terkait pembedahan untuk penyakit Chron.

Presiden Oxford Society of Indonesia Rio Haminoto sangat mengapresiasi riset yang dilakukan oleh Sasza sebagai bagian dari anggota Oxford Society of Indonesia sehingga perlu diadakan diskusi dan seminar tentang hasil risetnya tersebut.

“Sebagai bagian dari Oxford Society of Indonesia, kami merasa terpanggil untuk dapat memberikan kontribusi positif yang nyata bagi kepentingan orang banyak. Apalagi penderita radang usus kronis di dunia cukup banyak jumlahnya. Bila hasil riset ini dapat bermanfaat, jutaan orang di Indonesia bahkan di dunia akan terselamatkan jiwanya dari ancaman penyakit ini,” harapnya.

Rio Haminoto menegaskan, Oxford Society of Indonesia akan terus berupaya memberikan yang terbaik dalam kontribusinya bagi bangsa dan negara Indonesia bukan hanya masalah kesehatan tetapi juga pada lingkup budaya, pendidikan dan gerakan sosial lainnya untuk kemakmuran dan kemajuan bangsa Indonesia. (Bob)

KORANJURI.com di Google News