KORANJURI.COM – Tujuh perupa di Bali mengadakan pameran lukisan untuk mengenang perjalanan berkesenian mereka sepanjang 30 tahun terakhir.
Ketujuh pelukis itu tergabung dalam Pinara Pitu yang merupakan alumni ISI Yogyakarta tamatan tahun 90-an. Sejumlah karya rupa yang menandai karier mereka dipajang di Santrian Art Gallery, Denpasar
Salah satu seniman Kelompok 7 Nyoman Erawan mengatakan, konsep gagasan dari pameran mereka agak berbeda dari lazimnya pameran seni rupa.
Mereka membagi dua bagian ruang pameran yakni ruang arsip yang menampilkan karya mereka di era tahun 90-an dan galeri yang khusus memajang karya-karya terbaru. Konsep dwi ruang yang dibangun untuk menampilkan perbandingan perjalanan artistik yang mereka lalui.
“Catatan tentang katalog kliping koran, foto jaman dulu, antara tahun 1990 hingga tahun 2000-an tersaji di ruangan arsip,” kata Erawan, Jumat, 5 Juli 2024.
D awal dekade 1990-an dinamika aktifitas kolektif perupa di Bali masih didominasi dengan karya-karya bertema tradisional dan realisme.
Pinara 7 menorehkan dinamika tersendiri akan hadirnya kelompok perupa yang berlatar akademis dengan capaian artistik non statis.
“Pameran hari ini jadi momen bersejarah karena 30 tahun lebih kami tak berjumpa dalam pameran bersama seperti sekarang,” kata Made Susanta Dwi Tanaya, seniman lain di Kelompok 7.
Savitri Sastrawan, seorang kurator dari Gurat Art Project menambahkan, karya-karya yang diekspose di lorong arsip perjalanan diantaranya merupakan koleksi Museum Neka dan Museum Redana.
“Ada karya kolaborasi yang waktu itu dibuat tidak sengaja tapi jadi fenomenal, kemudian jadi koleksi museum Neka dan Rudana, itu kita pinjam sementara untuk pameran ini,” kata Savitri.
Tujuh perupa itu masing-masing, Made Djirna, Made Budhiana, Nyoman Erawan dan Nyoman Wibawa, Made Bendi Yudha, Made Ruta dan Made Sudibia.
“Setiap pelukis memamerkan dua hingga tiga karya terbarunya, tapi Made Sudibya lebih banyak menampilkan karyanya,” ujar Savitri Sastrawan. (Way)