Klinik Adiksi di Bali Baru Terima Pecandu Rujukan BNN

oleh
Tim medis yang menangani pasien pecandu narkoba di Klinik Adiksi RSUD Mangupura - foto: Koranjuri.com

KORANJURI.COM – Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Mangupura menjadi pusat rujukan pecandu narkoba di Bali. Namun Klinik Adiksi yang mulai beroperasi sejak Juli 2015 ini, baru menerima pasien pecandu tidak lebih dari 10 orang. Hal itu seperti tak sebanding dari target penanganan pecandu di Bali sebanyak 2.000 pasien hanya untuk Klinik Adiksi RSUD Mangupura.

Penanggungjawab Klinik Adiksi RSUD Mangupura, dr. I Nyoman Suastika mengatakan, pihaknya tidak bisa mengupayakan jemput bola. Semua pasien yang ditangani merupakan pecandu rujukan dari BNN Kabupaten Badung dan BNN Provinsi Bali.
“Pasien yang kita tangani saat ini dirujuk oleh BNN. Kita lakukan penanganan setelah pecandu dirujuk kesini,” jelas Nyoman Suastika.

Dalam menangani pecandu, Klinik Adiksi itu tidak menggunakan Napza untuk pengobatan. Tapi menggunakan narkotika sintetis untuk mengurangi beban kecanduan pasien. Dalam setiap penanganan melibatkan tiga ahli medis yakni, dokter umum, dokter jiwa yang ditangani oleh dr. Sahat Hamonangan Harianja, M. Biomed., SpKJ dan psikolog, Ni Putu Chrisye Dewi, S.Psi.

Dikatakan Nyoman Suastika, penanganan pecandu dilakukan dengan cara terapi. Pasien sebelumnya dipastikan mau sembuh dari ketergantungannya terhadap narkoba. Selanjutnya, terapi dilakukan sebanyak 10 kali pertemuan.

Namun dalam kondisi tertentu, muncul gangguan lain akibat penggunaan narkotika. dr. Sahat Hamonangan Harianja, M. Biomed., SpKJ menyebutkan, pasien yang mengalami gangguan kejiwaan akan dirujuk di RS Jiwa Bangli.

“Adakalanya kecanduan disertai gejala yang lain, kalau gangguan jiwa kita rujuk ke RS Bangli, kalau paru-paru, ada dokter ahli yang akan menangani. Gejala klinis harus diobati dulu sebelum memulihkan ketergantungan pasien pecandu narkoba,” jelas Sahat.

Sepanjang Klinik Adiksi itu menerima pengobatan pecandu narkoba, usia pecandu yang ditangani dalam rentang 20-45 tahun.

“Dari pengalaman kami sepanjang menangani pasien, yang paling parah justru usia pecandu muda. Mereka cenderung menggunakan semua jenis narkoba,” terang Nyoman Suastika.
 
 
 
way

KORANJURI.com di Google News