KORANJURI.COM – Kegiatan kreatif yang dilakukan perupa Gede Agus Mertayasa mendapat perhatian dari salah satu sastrawan Bali Putri Suastini Koster. Menurut pendamping orang nomor satu di Bali ini, keterbatasan aktifitas fisik di tengah pandemi covid-19, tidak seharusnya juga menghentikan kreatifitas.
Perupa penyandang difabel itu menggelar pameran virtual di Jayasabha Denpasar, Rabu (5/8/2020). Pameran ini terselenggara atas kerja sama Dewan Kerajinan Nasional Daerah Provinsi Bali dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Bali.
Kita tetap berkegiatan yang sehat, tanpa mengabaikan protokol kesehatan covid-19, terutama bagi anak-anak kita yang memiliki talenta, dan pengembangan mental yang harus terus digali,” kata seniman multitalenta itu.
Agus Mertayasa memamerkan 45 karyanya yang hampir keseluruhan mengangkat tema ‘Maut’ atau tentang ‘Pralina’. Suatu karya yang khas dengan penguasaan energi garis dan kemampuan menggores ritme bahasa nafas layaknya orang yang sedang meditasi.
Ia memiliki kesempurnaan untuk berfokus pada suasana batiniah yang ingin disampaikan dalam sebuah tema secara visual. Tema ini menjadi pilihan karena Agus Mertayasa memiliki kepekaan kuat terhadap semesta dan kehidupan untuk menjawab kemungkinan maut yang ada. Karena manusia adalah bagian dari maut itu sendiri.
“Saat pandemi kita berinisiatif melakukan kegiatan pameran virtual sebagai wahana digitalisasi,” kata Ketua Dekranasda Bali ini.
Putri Koster berharap, orang tua mendorong anak-anak mereka agar memanfaatkan situasi pandemi untuk tetap berkreatif. Orangtua juga diharapkan memberikan pendampingan teknologi untuk anak-anaknya.
“Penguasaan teknologi sangat penting sekarang ini. Persaingan ada pada kecekatan dan kecepatan kita memfungsikan IT. Di lain sisi, kita juga harus memberikan perhatian, kasih sayang, mengayomi dan mendukung anak-anak kita, tapi tidak dengan cara memanjakan,” ujarnya.
Pameran virtual Agus Mertayasa, akan tetap berlanjut. Kegiatan kreatif virtual itu, dikatakan Putri Koster, diharapkan menjadi wadah untuk mengasah diri dan menghasilkan karya bagi anak-anak difabel di tengah pandemi.
“Di saat semua aktifitas menurun akibat pandemi, kita harus mencari cara lain, salah satu yang bisa kita manfaatkan adalah melalui teknologi,” ujarnya demikian.
Karya Lukis Berjudul Corona
Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali Prof I Wayan Adnyana menambahkan, kegiatan pameran virtual ini merupakan salah satu bentuk nyata dari visi kemanusiaan yang hadir di tengah pandemi covid-19.
“Pameran ini merupakan insiatif untuk langsung menuntun masyarakat dari rasa kemanusiaan yang universal,” kata Kun Adnyana.
Sementara, Agus Mertayasa mulai menggoreskan karya sejak berusia tiga tahun. Kun mengatakan, hal itu menunjukkan ada sesuatu yang besar dalam diri Agus Mertayasa. Ia dapat menampilkan karya seni dengan pilihan tematik yang tidak mudah.
Tema ‘Maut’ atau ‘Pralina’ bukan sembarang pilihan untuk sebuah kreatifitas karya lukisan.
“Salah satunya adalah contoh lukisan Corona yang menandakan bahwa maut itu memang dekat dengan manusia dan sudah tergariskan untuk menguasai semesta saat ini,” ungkapnya. (Way)