KORANJURI.COM – Usai dilantik sebagai Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Salahudin Uno, segera menyambangi Bali. Kunjungan kerja itu untuk menyerap aspirasi pelaku pariwisata yang telah 10 bulan ini tidak beroperasi karena pandemi.
Tiba di Bali, Sandiaga langsung meninjau penerapan protokol kesehatan di Bandara I Gusti Ngurah Rai. Sandiaga mengatakan, yang perlu diperhatikan dari pembukaan kembali pariwisata bukan hanya bidang ekonomi saja. Tapi juga kesehatan dan keselamatan wisatawan. Dari situ kepercayaan akan semakin meningkat.
“Proses layanan pemeriksaan kedatangan penumpang domestik di Bandara I Gusti Ngurah Rai juga hanya memakan waktu sekitar tiga menit,” kata Sandiaga Uno di Bandara Ngurah Rai, Bali Minggu, 27 Desember 2020.
Dari Bandara Ngurah Rai, Sandiaga Uno dan rombongan bertemu para pelaku pariwisata Bali di Garuda Wisnu Kencana (GWK). Dalam pertemuan itu Sandiaga mengatakan, untuk membuka pariwisata di tengah pandemi covid-19, dibutuhkan keberanian. Sebab menurutnya, tidak ada yang tahu kapan pandemi akan berakhir.
“Tapi keberanian ini harus didukung dengan kesiapan dalam penerapan protokol kesehatan dengan tertib dan disiplin oleh seluruh masyarakat Bali dan wisatawan yang berkunjung ke Bali,” jelasnya.
Sejumlah pelaku pariwisata memberikan usulan, agar kebijakan tentang visa diperbaharui. Kalau hanya dengan visa bisnis, pariwisata Bali tidak akan terbantu. Selain itu, pelaku wisata juga meminta ada perhatian pemerintah terhadap mereka yang selama 10 bulan sudah terhenti dari aktifitasnya.
“Perlu ada kebijakan dari pemerintah agar perbankan bisa lebih leluasa memberikan pinjaman kredit lunak, sehingga para pelaku usaha pariwisata bisa bertahan,” kata salah satu peserta dialog.
Seperti diketahui, Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Provinsi Bali mencatat data terbaru Sabtu (26/12/2020) jumlah total terkonfirmasi covid-19 di Bali sebanyak 17.033 orang, Kesembuhan 15.564 orang (91,38%), dan Meninggal Dunia 501 orang (2,94%).
Kasus aktif atau pasien dalam perawatan yang saat ini ditangani rumah sakit rujukan dan tempat karantina sebanyak 968 orang (5,68%).
Untuk menunjukkan kesiapan Bali dalam penerapan cleanliness, health, safety dan environment (CHSE), perlu dilakukan pengawasan ketat. Pelaksanaannya diharapkan melibatkan seluruh komponen masyarakat dari bawah sampai ke atas. Kementerian pariwisata dan Ekonomi Kreatif diharapkan memberikan perhatian yang lebih intensif.
Sementara, Kadis Pariwisata Provinsi Bali Putu Astawa menyampaikan, dalam membangun kembali pariwisata Bali pada masa pandemi, perlu mendapat dukungan dari banyak pihak.
Astawa mengatakan, pariwisata Bali harus dibangun sesuai dengan budaya dan keunikannya sendiri.
“Untuk mendukung pariwisata budaya, pemprov Bali sudah mengeluarkan berbagai kebijakan antara lain pergub busana adat Bali, aksara dan sastra Bali, pengurangan timbulan sampah plastik, penguatan Desa adat dan lain-lain,” jelas Putu Astawa. (Way)