KORANJURI.COM – BPS merilis data inflasi di Bali pada bulan Mei 2022 mencapai 0,714 (mtm). Atau, lebih rendah dibandingkan inflasi di bulan sebelumnya sebesar 1,009 (mtm).
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Trisno Nugroho mengatakan, rendahnya inflasi bersumber dari kelompok volatile food dan administered prices. Sementara, secara tahunan, Provinsi Bali mengalami inflasi sebesar 4,3999 (yoy) atau lebih tinggi dari inflasi nasional sebesar 3,559 (yoy).
Kelompok volatile food mengalami inflasi sebesar 0,7196 (mtm), atau lebih rendah dibandingkan bulan April yang sebesar 2,374 (mtm).
“Kenaikan harga kelompok volatile food didorong oleh naiknya harga cabai merah, telur ayam ras, ikan tongkol ikan ambu-ambu, tongkol diawetkan, dan semangka,” kata Trisno Nugroho, Sabtu, 4 Juni 2022.
Kenaikan harga komoditas cabai merah maupun komoditas makanan lain disebabkan kenaikan permintaan menjelang hari raya Galungan dan Kuningan. Tekanan harga pada komoditas ikan-ikanan disebabkan sejumlah nelayan belum beroperasi pasca libur lebaran, serta masuknya musim ombak dan air laut pasang.
“Di sisi lain laju inflasi volatile food tertahan oleh menurunnya harga minyak goreng yang dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah yang sempat melarang ekspor CPO di Mei 2022,” jelasnya.
Kelompok barang administered price mencatat inflasi sebesar 0,39 (mtm), lebih rendah dari bulan sebelumnya (2,4396: mtm). Peningkatan harga yang masih terjadi terutama disebabkan oleh peningkatan tarif angkutan udara, rokok putih, dan rokok kretek filter.
Sedangkan, kenaikan tarif angkutan udara disebabkan cukup tingginya permintaan pasca arus balik periode libur lebaran. Di sisi lain, fuel surcharge dari pemerintah sebesar 1096 untuk mendongkrak kenaikan harga avtur.
“Disinyalir juga mempengaruhi naiknya harga tiket pesawat,” kata Trisno.
Selain itu, tekanan inflasi juga disebabkan oleh naiknya harga komoditas rokok sejalan dengan peningkatan tarif cukai rokok untuk tahun 2022. Di sisi lain, inflasi inti (cord tercatat sebesar 0,80 (mtm), meningkat dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 0,3296 (mtm), seiring dengan peningkatan permintaan.
Komoditas utama penyumbang inflasi core adalah canang sari, bimbingan belajar, bioskop, dan sepeda motor. Peningkatan harga canang sari dipengaruhi oleh kenaikan permintaan menjelang perayaan Hari Raya Galungan dan Kuningan.
Berdasarkan hal itu, Bank Indonesia memproyeksikan, tekanan inflasi Juni 2022, diprakirakan berpotensi dari kelompok volatile food. Hal itu disebabkan potensi kenaikan harga canang sari di saat hari raya Kuningan dan Galungan.
“Meski demikian, kembali normalnya permintaan pasca perayaan HBKN Idul Fitri dan periode cuti bersama diprakirakan berdampak pada penurunan tingkat konsumsi sehingga menahan tekanan harga pada bulan Juni 2022,” kata Trisno. (Way)