KORANJURI.COM – Jalanan menjadi ruang yang sangat luas untuk diceritakan dalam sebingkai karya foto. Hasil jepretan yang mengambil titik menarik ruang publik itu dipamerkan oleh 6 fotografer di Tukang Kopi District, Denpasar, 31 Mei-30 Juni 2017.
Arzelita Linando, Helmy Mahendra, Joe Christian, Kass Sudrajat, Mario Andi Supria, Ruth Onduko dan Stefanus Bayu. Mereka merekam sebuah peristiwa, benda-benda, aktivitas orang, hingga bangunan.
”Apa yang diluar kebiasaan itu selalu menarik, aktivitas orang, kostum yang berbeda di tiap tempat. Apalagi kalau baru pertama kali datang ke sebuah tempat,” jelas Stefanus Bayu, Selasa, 30 Mei 2017.
Menurut Kass Sudrajat, freelance fotografer untuk sebuah Majalah Lifestyle dan Travel di Thailand mengatakan, jalanan banyak menyajikan bahan-bahan mentah yang kaya akan cerita.
“Genre street photography adalah street performer dan street fashion. Saya merekam aktifitas masyarakat di jalanan Bangkok dari ‘His World Upside Down’ ataupun menangkap moment seorang street performer yang sedang menari,” jelas Kass Sudrajat.
Merekam aktivitas di Jalanan buat Ruth Onduko juga sebuah tantangan untuk membaca sebuah kota. Secara visual biasanya ia akan tertarik pada warna, design bangunan dan teks. Dua fotonya yakni, Repetition dan Take Me Away as Far as My Wallet Will Allow, keduanya memotret bangunan dengan pengulangan bentuk dan warna.
Satu foto lainnya berjudul Full Package, ia menangkap keunikan dari jajaran teks yang juga menceritakan sebuah penanda jaman.
Selain memajang karya fotografi, pameran itu juga diisi oleh satu orang illustrator yang menampilkan karya sketsa. Adalah Arzelita Linando yang mengungkapkan bahwa tema Rekam Jalan ini memberinya ruang kreatif untuk menuangkan imajinasi sebuah peristiwa di jalanan. Karya ilustrasi Arzelita cenderung minimalis dengan mengambil secuil dari keseluruhan objek.
Dalam karya Lelah, Diskusi dan Pus nampak sebagai sebuah penggalan obyek manusia dan ditampilkan tidak sempurna. Namun ilustrasi itu bercerita secara utuh dan bahkan bisa lebih luas jika tidak dibatasi dengan judul yang seolah mempersempit cerita yang ada.
“Ada tantangan dalam proses berkaryaku yaitu kecepatan memori, seleksi atas apa yang menarik dan apa yang harus segera aku gambar sebelum momen itu hilang,” kata Arzelita.
Way