19 Tahun Berkiprah di Bali, Perupa Amerika Serikat ini Pamerkan Karya-Karya tentang Bumi

oleh
Salah satu karya Yaari Rom yang dibubuhi tandatangan - foto: Koranjuri.com

KORANJURI.COM – Sapuan garis yang didominasi warna-warna cerah menjadi gaya perupa asal Amerika Serikat Yaari Rom. Karya eksentrik dari perupa asal Amerika Serikat Yaari Rom mengisi agenda eksibisi di Park23 Gallery & Creative Hub, Tuban Bali.

“Pameran ini mulai digelar 6-29 Juli 2022, setiap hari pukul 12.00-20.00 Wita,” kata Yoke Darmawan dari D&A Consulting, Senin, 4 Juli 2022.

Selain menampilkan karya lukisan, event juga dimeriahkan dengan serangkaian talkshow dan lokakarya.

Yaari Rom sendiri merupakan seniman serba bisa. Karya seninya terinspirasi oleh kompleksitas keterlibatan manusia dan alam dengan kebebasan berekspresi.

“Saya tiba di Bali pada tahun 2003, Yaari langsung merasa seperti pulang kembali ke rumah dengan keindahan pulau dan unsur spiritualitas budaya Bali yang menakjubkan,” kata Yaari, Senin, 4 Juli 2022.

Yaari Rom mulai melukis di usia belia. Berasal dari keluarga pemikir yang kreatif, Yaari juga mengembangkan bakat seni pertunjukan dan mengekspresikan imajinasinya ke dalam cerita dongeng melalui melalui musik dan tari.

Berkeliling dunia selama bertahun-tahun, Yaari berpartisipasi dalam teater dan seni jalanan. Yaari banyak bergaul dengan bintang industri musik seperti Rod Stewart, Long John Baldry dan Lesley Duncan, sebelum membentuk bandnya sendiri ‘The Dandy Boys’, lewat waktu membawa gaya musik yang sangat beragam dan perjalanan ekstremnya.

Selanjutnya, Yaari menetap untuk mengekspresikan diri dengan seni dan lukisannya dan membawanya ke pulau Dewata Bali.

Diprakarsai oleh ibu dan teman-temannya yang sudah akrab dengan Bali, ia mendirikan studio pertamanya di Penestanan, Ubud. Keindahan alam yang memikat menginspirasi Yaari untuk membagikan visinya dan menciptakan sekolah kecil untuk anak lokal.

Setelah bertahun tahun membangun sekolah, ia tertarik pada pengembangan yang lebih besar. Yaari memutuskan untuk pindah ke Seminyak. Ia membangun Yaari Toya Center kedua bersama Ni Made Toya.

Dia memiliki banyak siswa dan terus mengembangkan pendidikan, bekarja sama dangan banyak LSM dan lembaga seni.

Menjadi seniman multi talenta, Yaari menampilkan perjalanan dan komitmen pada kesinambungan alam lewat ‘The Art of Mother Earth’. Dalam karyanya Ia mengambil peran untuk planet kita bersama, yang lahir dari urgensi berbagai masalah lingkungan saat ini, serta didorong oleh niat positif yang kuat.

Ni Made Toya, seorang pelukis asal Bali mengatakan, tekad untuk melindungi bumi lewat karya seninya, dijadikan sebagai bentuk perlawanan pada ketidakpedulian orang.

“Sekaligus, merefleksikan kebiasaan buruk kita di bidang Iingkungan serta perilaku sosial. Ia merasa bertanggungjawab sebagai seorang seniman sepanjang sejarah mengambil peran dalam menceritakan sebuah kisah Ironis melalui konten visual,” kata Ni Made Toya.

Melalui penggunaan tema yang mudah dipahami dengan karya visual yang unik, seniman ini mengajak penikmat lukisan untuk membebaskan diri dalam pemikiran, kreasi, dan dan kembali kepada alam,.

Melalui pameran retrospektif ini, jiwa art sebuah karya bertransformasi dengan beragam ekspresi karya garis hitam dan putih formasi warna, monoton, buram dan pigmen fluoresan.

“Karya Ini merupakan gerakan untuk merayakan kesadaran kita, semua makhluk di muka bumi, untuk bersama sama menciptakan perjalanan, tanggung jawab pada Ibu pertiwi lewat inspirasi visual,” jelas Made Toya. (Way)

KORANJURI.com di Google News