KORANJURI.COM – TP PKK Kabupaten Purworejo terus menggencarkan program pangan atau aneka makanan non beras untuk dijadikan sebagai menu keluarga. Hal ini untuk mengantisipasi kedepan karena banyaknya lahan sawah yang didirikan bangunan gedung, otomatis berpengaruh pada produksi beras kita.
Hal tersebut disampaikan Ketua TP PKK Kabupaten Purworejo Fatimah Verena Prihastyari Agus Bastian SE, pada pembukaan kegiatan gerakan percepatan keanekaragaman konsumsi pangan yang beragam bergizi, seimbang aman (B2SA) dan etika di meja makan, Jum’at (03/06/2022).
“Artinya kita jangan ketergantungan pada beras tetapi dapat mengolah pangan lain dari bahan dasar non beras menjadi makanan yang tidak kalah kandungannya dengan beras, bahkan lebih tinggi karbohidratnya,” ujar Fatimah Bastian.
Kegiatan yang dilaksanakan di Kantor PKK Kabupaten Purworejo juga dihadiri Wakil Ketua PKK Dra Erna Setyowati Said Romadhon dan sejumlah pengurus.
Lebih lanjut Fatimah Bastian mengatakan, perlu dipahami bahwa bahan pangan lain seperti ketela, sukun, waluh, dan sejenisnya juga tidak kalah kandungan hidrat arangnya, sehingga dapat sebagai pengganti beras.
“Justru pangan non beras juga bagus untuk orang-orang tertentu, misal pendetita diabetes, karena kandungan gulanya rendah. Didaerah tertentu ketela sudah menjadi makanan pokok sehari-hari. Tentunya bukan hal yang aneh kalau kita mulai membiasakan pangan non beras,” harapnya.
Menurutnya, kegiatan ini juga sebagai upaya memberdayakan dan mensejahterakan keluarga, dengan tetap memperhatikan nilai gizi yang terkandung dalam bahan pangan. Dengan slogan kenyang tidak harus nasi, maka gerakan percepatan keaneka ragaman konsumsi pangan yang beragam bergizi seimbang dan aman sekaligus dirangkai dengan etika di meja makan ini diharapkan dapat diimplementasikan dimasyarakat.
Sementara itu Ketua penyelenggara Rahyuning Ruswarjito mengatakan, maksud kegiatan ini untuk meningkatkan sumberdaya manusia dalam penyajian menu untuk keluarga dan etika dalam meja makan. Harapannya dapat membuka kesempatan baru untuk usaha makanan non beras dengan B2SA. Sedangkan tujuannya untuk memotifasi masyarakat jangan selalu ketergantungan dengan beras.
”Agar ketergantungan beras dapat berkurang, mengingat kandungan karbohidratnya juga dapat memenuhi syarat kesehatan. Tidak harus singkong masyarakat dituntut lebih kreatif dengan bahan yang lain namun fungsinya sama,” ujarnya.
Narasumber Sri Bandu Sunardi memaparkan, etika dalam meja makan supaya dibudayakan. Lebih-lebih pada acara makan prasmanan. Tata cara sopan agar diutamakan mulai dari mengambil nasi sayur hingga cara makan dan menaruh sendok.
Adapun juga aturan makan dalam jamuan resmi antara lain, makan tanpa bersuara, kunyah makanan dengan mulut tertutup, tutup mulut dengan serbet atau tisu ketika bersin, jangan meniup makanan yang masih panas, tidak menerima telepon ataupun memperbaiki riasan saat berada di meja makan, dan habiskan makanan yang ada didalam mulut sebelum minum.
Sedangkan narasumber dari Dinkes Tohir Amd menjelaskan, gizi seimbang seimbang terdiri dari 4 pilar antara lain mengonsumsi pangan beraneka ragam, membiasakan perilaku hidup sehat, melakukan aktivitas fisik, serta mempertahankan dan memantau berat badan normal.
“Manusia membutuhkan makanan yang beranekaragam/bervariasi karena tidak ada satu makanan pun yang mengandung zat gizi sempurna sesuai kebutuhan tubuh, kecuali ASI untuk bayi kurang dari 6 bulan. Pola makan bergizi seimbang menjadi tidak berguna apabila tidak diikuti dengan penerapan prinsip dan kebiasaan hidup bersih,” jelas Tohir. (Jon)