Sejumlah Tokoh di Purworejo Deklarasikan Rumah Aspirasi Puan, Ini Alasannya

oleh
Deklarasi Rumah Aspirasi Puan Kabupaten Purworejo, Minggu (24/10/2021) - foto: Sujono/Koranjuri.com

KORANJURI.COM – Sejumlah tokoh di Purworejo, Jateng, mendeklarasikan berdirinya Rumah Aspirasi Puan (RAP), Minggu (24/10/2021), di sebuah rumah makan.

RAP diketuai oleh Wahyu Widiarso Eng, Sekertaris: Rossi Ahjad Patria dan Aji Amdani, Bendahara
Mukri Budiyanto. Sebagai Penasehat/ Pengawas:
Basuki Rahmat, SH, MHum, Najib Ali Syahbal, Redi Wahyono dan R Heri Priyantono, SH.

Bidang Humas: Gatot, Bidang Pemberdayaan Perempuan dan UMKM: Risna Sofia dan Elva Safitri, Bidang Penguatan Kelembagaan Organisasi: Setyatno Adhi Widodo, Bidang Peranan Pemuda dan Ormas:
Ponijo, Bidang Seni Budaya dan Olahraga: Sudianto, Bidang Sosial dan Kepedulian Lingkungan Hidup: Lestari, dan Bidang Pendampingan dan Perlindungan Hak Masyaraka: Bambang Yosodipuro.

Dalam kesempatan tersebut, Basuki Rahmat, salah satu penasehat RAP mengungkapkan, bahwa deklarasi tersebut tidak ada hubungannya dengan dukungan untuk Puan Maharani sebagai capres pada Pilpres 2024.

Menurutnya, pengelola dan penghuni RAP tidak mau terjebak dalam euforia yang sejatinya bukan ranahnya.

Soal capres, masing-masing parpol sudah memiliki aturan main tersendiri, tinggal sinkronisasi antar para petinggi parpol.

“Hasilnya, tinggal kita ikuti saja dimana tepatnya porsi partisipasi demokrasi kita,” ujar Basuki Rahmat.

Bahkan, kata Basuki Rahmat, pihaknya menyepakati dengan tegas, bahwa pengurus partai apapun di semua jenjang tingkatan tidak akan pernah diijinkan masuk dalam kepengurusan RAP.

“Orientasi kami murni kegiatan sosial kemasyarakatan dan koreksi sosial,” tegas Basuki Rahmat.

Dideklarasikannya RAP, menurut Ketua RAP Wahyu Widiarso Eng, terinspirasi dengan Puan Maharani yang sengaja diangkat sebagai tokoh panutan lantaran dianggap memiliki prestasi karena saat ini menjabat sebagai Ketua DPR RI sekaligus cucu Bung Karno.

“Kita tertarik dengan Kepak Sayap Kebhinnekaan, itu istilah yang menurut kami magic words, di saat situasi negara tercerai berai, gontok-gontokan dan saling tidak menghargai. Kita lupa bahwa kita punya Bhineka Tunggal Ika,” ujar Eng.

Dalam acara deklarasi RAP yang dikemas dengan sederhana itu, juga diisi dengan pemberian santunan kepada beberapa anak yatim piatu dan para tukang becak motor, serta pementasan seni teater. (Jon)

KORANJURI.com di Google News