KORANJURI.COM – Kampus IKIP PGRI Bali membuka pelaksanaan Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus (OSPEK), Kamis, 7 September 2017. Kegiatan diawali dengan persembahyangan di Pura Kampus I di jalan Seroja, Denpasar. Persembahyangan diikuti oleh seluruh calon mahasiswa yang beragama Hindu.
Rektor IKIP PGRI Bali, Dr. I Made Suarta, SH., M.Hum menjelaskan, perbedaan OSPEK tahun ini sarat dengan kebhinekaan. Sebab, mahasiswa yang diterima terdiri dari multietnis dan beragam keyakinan.
“Jadi bukan hanya Hindu saja tapi merata dari berbagai suku dan latarbelakang keyakinan yang berbeda. Disinilah bedanya OSPEK tahun ini,” jelas Made Suarta, Kamis, 7 September 2017.
Tema yang diusung dalam kegiatan itu adalah, ‘Melalui OSPEK Kita Tingkatkan Pendidikan Karakter Sebagai Upaya Memerangi Radikalisme’. Rektor Made Suarta menilai, kondisi sekarang dengan maraknya ideologi kekerasan perlu dijawab dengan aksi nyata untuk mereduksi paham-paham kontra Pancasila.
Radikalisme sendiri menurut Rektor Made Suarta maknanya sangat luas. Dalam penjabaran humaniora di IKIP PGRI Bali, Radikalisme menjadi pemahaman yang kontra humanis. Sehingga pihaknya merasa perlu mengundang narasumber dari berbagai institusi termasuk TNI/Polri.
“Narasumber ada dari BNN, Pangdam IX Udayana Bali, Kapolda. OSPEK juga diisi dengan kerjabakti dan kebersihan lingkungan baik di kampus maupun lingkungan kampus,” jelas Made Suarta.
Rektorat berharap mahasiswa baru yang kegiatan pengenalan kampus dapat memetik pelajaran atau hikmah dengan rasa Kebhinekaan dan indahnya kebersamaan. Sebelum OSPEK 2017 resmi dibuka oleh Rektor Dr. I Made Suarta, SH., M.Hum., mahasiswa Hindu menggelar persembahyangan bersama di pura bersama elemen kampus lainnya.
Sementara, mahasiswa non Hindu dengan penuh toleransi menunggu saudara mereka yang tengah menjalankan ibadah.
Jumlah peserta OSPEK tahun 2017 sebanyak 491 mahasiswa dari jurusan PIP, FPOK, FPIPS, FPBS, FPMIPA. (Way)