Menkomdigi Meutya Hafidz: Keterlibatan Perempuan di Ranah Digital Masih Rendah

oleh
Menteri Komunikasi dan Digital Meutya Hafidz dalam talkshow 'Perempuan Berdaya, Perempuan Berkarya dalam Membangun Ekosistem Digital' yang digelar di Badung, Bali, Jumat, 10 Oktober 2025 - foto: Koranjuri.com

KORANJURI.COM – Menteri Komunikasi dan Digital Meutya Hafidz mengatakan, keterlibatan perempuan Indonesia dalam digitalisasi masih cukup rendah. Perempuan yang memanfaatkan digitalisasi di bidang industri hanya 27%.

Sedangkan perempuan di Indonesia yang memanfaatkan internet mencapai 49,1%. Meutya mengungkapkan, kondisi itu dipengaruhi oleh stereotype gender.

“Stereotype gender ini dipengaruhi oleh penerimaan masyarakat terhadap peran perempuan, kurang konfiden hingga kurangnya role model untuk memberikan dampak,” kata Meutya di Badung, Bali, Jumat, 10 Oktober 2025.

Kementerian Komdigi menggelar Talkshow bertajuk Perempuan Berdaya, Perempuan Berkarya dalam Membangun Ekosistem Digital. Tema yang diangkat yakni ‘SheConnects: Perempuan, Digital, dan Aksi Nyata’.

Meutya mengungkapkan, tantangan yang masih terjadi di tanah dunia maya di antaranya, banyak ditemukan kasus perempuan menjadi korban kekerasan berbasis gender yang terjadi secara daring.

Komdigi menghimpun data kekerasan berbasis gender online itu sebanyak 1.902 kasus. Jumlah itu diperkirakan lebih banyak lagi kasus yang tidak dilaporkan ke aparat penegak hukum.

“Kalau melihat kelompok yang lebih rentan lagi yakni anak. Perempuan dan anak merupakan kelompok yang rentan mengalami kekerasan dunia maya,” kata Meutya.

Dalam kasus pornografi anak, dalam empat tahun terakhir ditemukan 5.566.000 kasus. Anak yang menjadi korban dikategorikan sebagai pengguna ‘situs biru’ dan anak yang menjadi obyek pornografi.

“Karena angkanya sangat tinggi kami berharap lebih banyak perempuan yang peduli terhadap digitalisasi dan syukur-syukur digitalisasi dimanfaatkan menjadi bagian pendukung profesi seperti teman-teman akademisi,” jelas Meutya Hafidz.

Miss Internet Indonesia 2019 Diah Desvi Arina mengajak sosialisasi langsung menyentuh masyarakat. Ia mencontohkan, ada kasus di Bali perempuan menjadi korban phising.

“Pasangan yang menabung uang selama bertahun-tahun akhirnya lenyap dalam sekejap karena tanpa sadar telah menginstal aplikasi jahat dengan sekali klik,” kata Diah.

“Kita perlu turun langsung ke lapangan untuk memberikan sosialisasi tentang digitalisasi ini,” lanjut praktisi komunikasi digital ini.

Dalam talkshow itu, hadir narasumber lain yakni, akademisi Universitas Udayana Nyoman Ayu Sukma, CEO dan co founder kumpul.id Faye Wongso. (Way)