KORANJURI.COM – Diskusi Memikat (Sikat) Koster yang diadakan di Singaraja, Minggu (17/11/2024), Calon Gubernur Bali nomer urut 2 Wayan Koster mendapatkan masukan dari peserta.
Gede Arya, salah satu peserta Sikat Koster menyentil kebutuhan adat istiadat Bali yang belum ada lembaga pendidikannya. Ia menyarankan pemimpin Bali menyiapkan lembaga pendidikan tinggi yang berfokus pada adat istiadat Bali.
“Di era perkembangan teknologi digital yang masif, harusnya ada pemimpin yang berkomitmen menjaga adat budaya seni,” kata Gede Arya.
Ia memberikan tantangan kepada paslon Koster-Giri untuk membangun pendidikan tinggi setara Institut dengan disiplin ilmu adat dan tradisi.
“Jika bapak (Koster) terpilih sebagai Gubernur Bali, apakah bisa membangun Institut Adat Bali untuk kami para generasi muda,” ujar Gede Arya di hadapan ratusan generasi muda yang hadir.
Lembaga pendidikan dinilai perlu untuk mewadahi serta melestarikan adat istiadat Bali. Menurut dia, Koster-Giri selama ini paham dan telah berkomitmen menjaga seni budaya adat dan tradisi di Pulau Dewata.
Dalam konteks adat serta tradisi budaya, peserta Sikat Koster lainnya bernama Dian, juga menyinggung soal perlindungan naskah kuno di Gedong Kirtya, Singaraja.
Menjawab masukan kritis dari para generasi muda, Wayan Koster mengungkapkan komitmennya terhadap usulan lembaga pendidikan tinggi yang mempelajari adat dan tradisi Bali.
Menurutnya, adat jadi benteng pertahanan budaya Bali yang punya aturannya sendiri.
“Institut Adat Bali akan menjadi satu-satunya di dunia. Pemerintah Bali akan membangun lembaga ini jika Koster-Giri mendapat mandat dari krama Bali, akan ada lembaga tinggi milik Pemprov Bali,” kata Koster.
“Ini akan jadi lembaga permanen untuk menjaga adat istiadat tradisi dan kearifan lokal budaya di Bali,” tambahnya.
Gubernur Bali periode 2018-2023 itu juga mendapatkan pertanyaan lain yang mengujinya. Salah peserta melanjutkan, ketika telah berdiri lembaga pendidikan Adat Bali, tamatannya akan dibawa kemana.
Lulusannya bisa jadi pemimpin Desa adat di Bali. Mereka juga menjadi pelaku usaha ekonomi ada, seperti mengembangkan Lembaga Perkreditan Desa (LPD),” jawab Koster.
Terkait naskah-naskah lama yang dipertanyakan, Koster akan mengusahakan dengan cara repatriasi. Manuskrip kuno yang seharusnya berada di Gedong Kirtya akan dipulangkan apabila sarana prasarana telah cukup memadai. (*/Way)