Konservasi di Wana Segara Kertih, Wastehub: Sampah Plastik Musuh Mangrove di Alam

oleh
Yayasan nirlaba Wastehub Alam Lestari berkolaborasi bersama B. Braun Indonesia dan Kelompok Nelayan Wana Segara Kertih melalukan penanaman 600 bibit mangrove, Minggu, 8 Desember 2024 - foto: Koranjuri.com

KORANJURI.COM – 600 bibit mangrove ditanam di lahan konservasi Wana Segara Kertih di Jimbaran, Badung, Bali, Minggu, 8 Desember 2024. Kegiatan lingkungan itu menjadi kerja bareng antara Yayasan Wastehub Alam Lestari dan B. Braun Indonesia.

Ratusan bibit tanaman bakau itu ditanam secara konservatif meski peluang hidupnya 20% dari jumlah yang ditanam. Namun, secara berkala, kata Founder Wastehub Alam Lestari Ranitya Nurlita, bibit mangrove akan dirawat hingga waktu 1 tahun mendatang.

Hal itu dilakukan untuk memastikan pertumbuhannya terjaga dan hidup. Namun, jika ada yang mati dan rusak akan diganti dengan bibit mangrove baru.

“Pola seperti ini sudah kami lakukan sebelumnya di PIK Jakarta dengan menanama 200 bibit mangrove dan sekarang 600 bibit kami tanam di Bali,” kata Ranitya.

Penanaman bibit mangrove itu dilakukan dalam satu kegiatan bersih-bersih sampah di areal lahan konservasi. Menurut Ranitya, sampah plastik jadi satu penyebab rusaknya bibit mangrove.

Sampah plastik yang tersangkut di batang bibit mangrove yang baru ditanam juga bisa mengakibatkan bibit tersebut mati. Selain itu, masalah lain yang muncul adalah kepiting yang menjadi hama bagi pertumbuhan bibit mangrove.

“Jadi kami sangat berharap tidak selesai sampai di sini saja tapi kita bareng-bareng bersama pengelola Wana Segara Kertih juga, mereka melakukan maintenance sebulan sekali,” kata Ranitya.

Sampah yang ditemukan di kawasan mangrove itu juga dipilah untuk dikelola. Project Officer Wastehub Alam Lestari Andi Pratama mengatakan, ada dua jenis sampah yang dikelola yakni, sampah residu dan sampah daur ulang.

“Kami di sini dibangun kelompok nelayan Wana Segara Kertih. Tadi cleanup kita dapat 50 kg sampah yang nantinya akan kita proses di TPS3R untuk sampahnya,” kata Andi.

Ketua Kelompok Nelayan Wana Segara Kertih Nyoman Sunarta mengatakan, areal mangrove di Wana Segara Kertih seluas 8 hektar dari total luas 22 hektar.

Menurut Sunarta, penanaman pola tanam bibit mangrove di areal konservasi Wana Segara Kertih memang dilakukan secara konvensional, atau bibit ditanam langsung ke media tanam di alamnya.

“Kami selalu membuat peta penanaman, lahan yang masih tersisa untuk ditanam sekitar 10 are, selebihnya audah manjadi hutan mangrove,” kata Sunarta.

Dengan tingkat kerapatan vegetasi mangrove di Wana Segara Kertih, pengelola lahan konservasi menyiasati dengan menyulam pohon yang telah mati dan menggantinya dengan yang baru. (Way)

KORANJURI.com di Google News