Kisah Inspiratif Anggota TNI yang Sukses Menggarap Ladang Tomat

oleh
Tanaman tomat yang dikembangkan Letnan Satu Inf. Alexander dan Kopral Jimmi Fek yang kesehariannya bertugas di Kodim 1627 Rote Ndao - foto: Isak Doris Faot/Koranjuri.com

KORANJURI.COM – Dua anggota TNI Kodim 1627 Rote Ndao ini, memberikan inspirasi tersendiri bagi warga setempat, khususnya peladang dan petani. Mereka adalah Letnan Satu Inf. Alexander yang kesehariannya bertugas sebagai Pasi Intel Kodim 1627 Rote Ndao dan Kopral Jimmi Fek.

Kejelian anggota TNI ini dalam melihat peluang pertanian di wilayah Rote Ndao layak diberikan apresiasi. Alexander menceritakan, ide menggarap ladang pertanian sayur itu muncul ketika dirinya melihat pasokan tomat di sejumlah pasar di Kota Ba’a didatangkan dari Luar Pulau Rote.

“Padahal lahan sawah milik warga ada yang setahun hanya dikerjakan sekali saja. Jadi waktu jedanya atau lahan dibiarkan dalam kondisi tidak produktif cukup lama, hingga 7-8 bulan,” ujar Alexander kepada Koranjuri.com.

Yang selama ini ia lihat, lahan pertanian hanya ditanam padi saja. Padahal dalam kondisi jeda paska panen padi, petani dapat memanfaatkannya menanam tanaman produktif lain seperti palawija atau tomat yang punya nilai ekonomis tinggi di pasaran. Kedua anggota TNI inipun mulai menggarap ladang seluas 4,5 are pada 2016 silam. Ia membuktikan, selain mengabdi anggota TNI, tugas lain juga bisa dilakukan secara bersamaan.

Lahan yang berlokasi di Kalurahan Mokdale, Kecamatan Lobalain , Kabupaten Rote Ndao itu ditanami dengan tomat. Bibit yang ditanam awalnya hanya seribu pohon dengan waktu pembibitan selama 3 minggu.

“Kemudian kita pilahkan jantan dan betina untuk dikawinkan untuk ditanam dan dalam jangka waktu 1,5 bulan kita sudah panen,” ujar Alexander.

Di Awal panen hasilnya hanya mencapai 6-7 ember yang harga pasarannya dipatok Rp 25 ribu. Dari pengalamannya, kalau tomat sudah panen maka hasilnya terus meningkat hingga mencapai 60-70 ember.

“Karena pola tanamnya dikawinkan sehingga usia tomat mencapai 1-2 tahun. Hingga tahun depan, sesuai pengalaman, musim hujan dan natal harga tomat per ember besar mencapai Rp 300 ribu,” terangnya.

Musim panen, kata Alexander, umumnya mampu mendatangkan pengunjung di ladang tomatnya. Mereka akan membeli secara langsung dari kebun dan memetiknya sendiri. Pembeli rata-rata berasal dari wisatawan baik lokal maupun asing yang tengah berwisata di Pulau Rote Ndao.

“Pembelinya ada juga bule dan wisawatan lokal yang ada disini,” terang Alexander demikian. (Zak)

KORANJURI.com di Google News