KORANJURI.COM – Diskusi akhir tahun hari kedua Siwo PWI Bali yang berlangsung di Neo Hotel, Denpasar, Rabu (29/12/2021).
Ada dua narasumber utama yang dihadirkan yakni, Ketua Umum Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Bali I Ketut Suwandi dan Fisiologi Fakultas Kedokteran (FK) Unud Prof. I Nyoman Adiputra.
Banyak hal yang mencuat dalam diskusi tersebut, terutama menyangkut Sport Science dan tantangan keolahragaan Bali untuk mempertahankan prestasi di ajang Pekan Olahraga Nasional (PON) 2024 Aceh dan Sumatera Utara.
Fisiologi FK Unud Prof. I Nyoman Adiputra menekankan sport science menjadi hal penting yang harus diimplementasikan untuk menjawab tantangan keolahragaan Bali di masa mendatang.
“Orang yang Sport science yang begitu luas sebenarnya orangnya ada di Bali, tetapi kesibukan mereka dengan berbagai profesi ada yang sebagai dokter ahli bedah, dan lainnya itu yang terkadang sulit. Beliau-beliau itu biasanya terima kasus kalau ada konsultasi, tetapi kalau untuk menyusun program duduk bersama-sama itu sulit karena kesibukan itu”, ujarnya.
Prof. Nyoman Adi Putra menegaskan dalam teori sport science minimal diperlukan 10 personil untuk membidangi sesuai spesifikasi yang ditentukan misalnya sport management, sport coaching, sport physiology, dan sebagainya.
“Sport science itu ada 10 cabang keilmuan, jadi harusnya ada 10 orang yang memang ahlinya harus bersatu membidangi itu,” tegasnya.
Ketua Umum KONI Bali Ketut Suwandi pun menyatakan sepakat dengan hal tersebut. Menurutnya diskusi-diskusi keolahragaan yang digelar SIWO PWI ini memang harus lebih sering dilakukan, sehingga pengetahuan dari para ahli olahraga itu semakin dapat dipahami oleh insan olahraga Pulau Dewata.
“Kita memang semestinya tidak cepat merasa puas dengan apa yang sudah dicapai, karena di balik itu masih banyak PR yang harus kita kerjakan. Seperti yang disampaikan Prof. Adi Putra tadi bagaimana sesungguhnya sport science itu terdiri dari banyak sekali elemen. Jadi ini pengetahuan yang luar biasa yang harus kita lakukan ke depan, walau belum bisa semua tetapi minimal harus ada peningkatan”, ungkapnya.
Disinggung terkait sosok pengganti dirinya sebagai Pucuk Pimpinan KONI Bali, Ketut Suwandi berharap siapapun penerusnya nanti harus membuka diri untuk terus belajar.
Mengenai usulan sejumlah peserta diskusi agar Ketut Suwandi kembali maju sebagai calon dan memimpin KONI Bali lagi untuk ketiga kalinya, Ketum KONI Bali yang sudah dua periode itu menyerahkan keputusan sepenuhnya kepada seluruh cabang olahraga.
“Kita serahkan saja semua keputusan kepada semua pemegang suara. Saya tidak mungkin menjadi orang bodoh dengan mencalonkan diri lagi. Tetapi kalau untuk dijadikan tumbal untuk mempertanggungjawabkan ranking lima besar PON itu saya siap, karena semua ini memang kita raih dengan perjuangan berat dan hasil kerja keras,” pungkasnya. (Yan Daulaka)