KORANJURI.COM – Penghentian sementara ekspor-impor dari dan menuju China diprediksi akan melambungkan harga bawang putih. Kebutuhan impor bawang putih nasional sampai saat ini masih bergantung pada pasokan dari negeri tirai bambu.
“Proses perdagangan ekspor maupun impor ke China kan sementara dihentikan. Salah satu yang paling menonjol adalah bawang putih,” kata Kadisperindag Bali Wayan Jarta, Rabu, 5 Februari 2020.
Nilai total impor bawang putih dari China mencapai 70 persen untuk ketersediaan stok selama 3 bulan. Jarta memprediksi, sentimen pasar bakal merespons kelangkaan bawang putih dengan tren kenaikan harga.
Pihaknya saat ini tengah memantau perkembangan kelangkaan bawang putih di tingkat distributor. Pantauan itu untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya penimbunan yang akan berdampak pada kelangkaan bawang putih di pasaran.
“Pintu impornya di Surabaya masuk kesini (Bali) dan masuk Klungkung, disana distributor untuk Bali,” kata Jarta.
“Tapi apakah pemerintah akan mengalihkan ke negara lain, itu kita belum tahu, kebijakannya ada di pemerintah pusat,” tambahnya.
Bulan Januari, kenaikan harga juga sempat terjadi pada cabai rawit yang mencapai diatas Rp 100 ribu per kilogram.
Bank Indonesia mencatat, peningkatan harga komoditas hortikultura, umumnya terjadi karena keterbatasan pasokan.
Hal itu bisa terjadi pada saat curah hujan yang tinggi. Sehingga tidak menyebabkan kenaikan harga secara umum.
Namun kenaikan tersebut hanya terjadi beberapa hari saja.
Kenaikan harga di bulan Februari 2020 diprakirakan sedikit lebih tinggi dibandingkan bulan Januari.
“Perayaan Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) di Bali, Galungan dan Kuningan dapat meningkatkan permintaan yang berpotensi mendorong tekanan harga,” kata Kepala Perwakikan wilayah BI Provinsi Bali Trisno Nugroho di tempat terpisah.
Bank Indonesia memperkirakan, inflasi kedepan hingga akhir tahun akan tetap terkendali dan berada pada kisaran sasaran 3,0±1%. (Way)
