KORANJURI.COM – Dirut PT Pelindo III Doso Agung menyebut, hanya 10 persen wisatawan kapal pesiar di Pelabuhan Benoa yang turun ke darat. Selebihnya, mereka berada di dalam cruise yang sekaligus sebagai hotel terapung.
Hal itu menjadi kegelisahan tersendiri mengingat, ukuran keberhasilan kapal pesiar diantaranya yakni, lama waktu sandar dan jumlah kapal pesiar yang singgah. Doso mengaku, banyak wisatawan cruiseline yang belum merasa enjoy untuk tinggal lebih lama di Bali.
Di Pelabuhan Benoa, lama waktu singgah kapal pesiar antara 6-8 jam. Jika dibandingkan dengan negeri tetangga seperti Thailand atau Singapura, rentang waktunya terpaut jauh.
“Di negara-negara tetangga bisa sampai 2 hari. Artinya, kita perlu memberikan dukungan agar mereka punya pilihan wisata di darat dan merasa nyaman,” kata Doso Agung, Jumat, 15 November 2019.
Pelindo III saat ini tengah melakukan pembangunan pelabuhan, untuk cargo, kapal cruise maupun dermaga penumpang.
“Dengan perbaikan yang kami lakukan, sekarang kapal-kapal cruise sudah tumbuh sebesar 20 persen per tahun,” ujarnya.
Tahun 2020 sudah meningkat 20 persen, dan dari konfirmasi yang ia terima, sudah ada 90 kapal cruise yang akan singgah tahun mendatang.
“Desember ini masih ada 17 kapal cruise lagi. Persiapannya, sudah bagus, terminal kita sudah jadi, dermaga sudah selesai semua. Tinggal bagaimana penumpang yang datang sampai di darat menuju objek wisata,” ujarnya demikian.
Satu cruise yang sandar di Pelabuhan Benoa membawa penumpang setidaknya 2.000 orang. Jumlah itu, kata Doso, memberikan peluang besar untuk pariwisata di Bali.
“Tinggal mengemas pariwisata di darat yang terkoneksi dengan penumpang kapal pesiar,” jelas Doso. (Way)