Anafilaksis, Reaksi Alergi Yang Dapat Mengancam Nyawa

oleh
dr. I Gede Suprayoga Sukmana Putra, S.Ked

Oleh
dr. I Gede Suprayoga Sukmana Putra, S.Ked

KORANJURI.COM – Reaksi alergi bukanlah fenomena yang asing di masyarakat. Alergi dapat disebabkan oleh berbagai macam hal, seperti makanan, suhu dingin, debu, gigitan serangga, serbuk sari, obat, dll.

Reaksi alergi dapat bersifat ringan berupa kemerahan dan bentol-bentol di kulit hingga bersifat fatal. Reaksi alergi yang serius ini dinamakan reaksi anafilaksis. Identifikasi gejala awal sangat penting untuk mencegah akibat yang fatal dari reaksi ini.

Reaksi anafilaksis adalah reaksi alergi yang cepat, sistemik, dan mengancam nyawa. Prevalensi anafilaksis dari populasi umum di dunia adalah 4 per 100.000 jiwa. Di Indonesia, ditemukan bahwa 40-60% kasus anafilaksis disebabkan oleh gigitan serangga, 20-40% oleh zat kontras radiografi, dan 10-20% karena obat penisilin.

Wanita dewasa lebih sering terkena dibandingkan laki-laki. Pemberian obat-obatan melalui suntikan umumnya menimbulkan gejala yang lebih berat.

Secara klinis, reaksi anafilaksis menimbulkan gejala dan tanda yang beragam. Pada kulit dapat timbul ruam kemerahan, gatal, bentol, dan pembengkakan wajah, bibir atau lidah. Pada sistem pernapasan, pasien biasanya mengeluh sesak nafas, suara “ngik-ngik” saat bernapas, dan batuk-batuk.

Sistem pencernaan juga dapat terdampak, yakni berupa keram perut dan mual muntah. Terakhir, pasien bisa merasa lemas dan pingsan karena penurunan tekanan darah di bawah normal. Gejala-gejala ini muncul beberapa saat setelah pasien terpapar bahan atau benda yang menyebabkan alergi (alergen), baik lewat ditelan, dihirup, ataupun lewat suntikan seperti obat dan gigitan serangga. Jika tidak segera ditangani pasien dapat kehilangan nyawanya karena perburukan dapat berlangsung dengan cepat.

Mengenali tanda-tanda awal dan faktor risikonya sangatlah penting dalam mencegah reaksi anafilaksis ini. Risiko lebih tinggi terutama ditemukan pada pasien yang memang memiliki riwayat alergi sebelumnya.

Menghindari faktor pencetus adalah yang utama. Namun terkadang paparan alergen sulit untuk dihindari, sehingga gejala-gejala di atas haruslah dikenali oleh pasien dan orang di sekitar pasien. Pada saat berobat ke fasilitas medis, penting untuk selalu memberitahu petugas kesehatan tentang riwayat alergi yang diderita, terutama alergi obat-obatan, sehingga nantinya dokter akan memberi obat alternatif yang kemungkinan tidak menyebabkan alergi pada pasien.

Jika mendapatkan obat melalui suntikan, sebaiknya pasien tidak langsung pulang, melainkan menunggu selama 30 menit untuk berjaga-jaga seandainya reaksi anafilaksis ini muncul, dan seandainya gejala-gejala di atas muncul di rumah, segeralah ke rumah sakit. Pada akhirnya, kerjasama yang baik antara petugas kesehatan dan pasien sangat penting dalam mencegah reaksi anafilaksis ini.

KORANJURI.com di Google News