KORANJURI.COM – ITB STIKOM Bali memfasilitasi pertemuan antara Startup binaan kampus dengan calon investor. Pertemuan dilakukan dalam acara ‘Pitching Night, Investor Headquarter’. Acara digelar di aula kampus ITB STIKOM dengan protokol kesehatan ketat.
Pitching sendiri menjadi agenda yang disiapkan oleh kampus IT terbesar di Bali dan Nusra itu. Rektor ITB STIKOM Bali Dr. Dadang Hermawan menjelaskan, sejak 5 tahun terakhir, kampus ITB STIKOM Bali mencanangkan 1.000 wirausahawan muda.
“Sampai saat ini sudah ada 300 an wirausahawan dan pasti jumlahnya akan bertambah. Dalam pitching ini, kami memfasilitasi pertemuan Startup binaan ITB STIKOM Bali dengan calon investor, mudah-mudahan ada kecocokan,” kata Dadang Hermawan, Sabtu (26/6/2021).
Seperti diketahui, ITB STIKOM Bali memiliki inkubator bisnis untuk startup company yang memiliki potensi berkembang.
Dikutip dari situs Inkubator Bisnis ITB STIKOM Bali, Inkubasi bisnis mengarahkan kepada para pengusaha pemula dalam menjalankan bisnisnya guna mengurangi angka kegagalan dalam berbisnis.
Inkubator Bisnis STIKOM Bali berdiri sejak tahun 2014 dengan legalitas dibawah Surat Keputusan Pendirian Inkubator Bisnis dari Rektor/Ketua STMIK STIKOM Bali.
Pitching diikuti oleh 4 startup yakni, exova.id, vaname.id, savaga dan Panada store. Calon investor yang dihadirkan yakni, President JCI Badung, Bali Gde Brawiswara, Vice Presiden JCI Badung Angga Primadana, Angel Investor Wempy Suciadi dan founder ifintech Alexandro Djohan.
Dadang berharap, kegiatan presentasi bisnis itu memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak, baik dari calon investor maupun wirausahawan yang tengah merintis bisnisnya.
“Antara startup dengan calon investor mudah-mudahan ada kecocokan,” kata Dadang.
Sementara, Edwin dari vaname.id menjelaskan proyeksi bisnis udang vaname yang dikembangkan, mulai dari skema pembiayaan hingga keuntungan yang bakal diraup. Sedangkan Arta dari
exova.id, memaparkan bisnis jasa fotografi dan videografi.
Acara Dibuka oleh Sandiga Uno
Final Day Pitching Night dibuka secara daring oleh Menparekraf Sandiaga Uno. Menurutnya, tahun 2021 menjadi tahun ekonomi kreatif untuk pembangunan berkelanjutan.
“Bali ini sebenarnya jadi episentrum pengembangan ekraf berbasis sustainable development. Kita harapkan UMKM akan jadi tulang punggung pengembangan pemulihan ekonomi kita,” kata Sandiaga.
Menteri yang juga pengusaha nasional ini mengatakan, di Kementerian Parekraf ada 3 platform utama untuk pengembangan ekonomi kreatif yakni, inovasi, adaptasi dan kolaborasi. Sub sektor Ekraf yang paling berkembang di tengah pandemi yakni, kuliner 42%, fesyen 18% dan kriya 15%.
“34 juta masyarakat menggantungkan hidup dari ekonomi kreatif dan mereka membutuhkan kebijakan, fasilitasi dari pemerintah untuk dunia usaha,” kata Sandiaga.
Disrupsi Digital saat ini, kata Sandiaga, membuka peluang beberapa sektor ekonomi kreatif menjadi pandemic winner.
“Tantangan yang ada bagaimana kita mengambil peluang menjadi pemenang,” jelasnya. (Way)