Sanggar Lemah Tulis Singaraja Tampilkan Drama Teatrikal di Subak Spirit Festival

oleh
Subak Spirit Festival yang menjadi event pembuka dari program festival Kementerian Kebudayaan - foto: Ist.

KORANJURI.COM – Sanggar Lemah Tulis dari Sekolah Tinggi Agama Hindu (STAH) Mpu Kuturan, Singaraja tampil dalam Subak Spirit Festival di Jatiluwih, Tabanan. Kelompok kesenian ini tampil membawakan teatrikal berjudul ‘Prakretaning Dharma Pemaculan’.

Drama yang ditampilkan mengisahkan kebudayaan agraris masyarakat di Bali sebelum memulai bercocok tanam hingga memanen hasil tanam.

Koreografer tari Dama Dayanu menjelaskan, dirinya mengemas dalam enam segmen cerita yang terdiri dari mapag toya, rasi bintang petunjuk menanam padi, menanam padi, konflik, pemuliaan sawah dan pertunjukan tari Sanghyang Dedari.

“Cerita dalam teatrikal ini berawal dari fenomena yang terjadi saat ini, ketika lahan persawahan beralih fungsi menjadi ladang beton,” kata Dama Dayanu, Minggu, 10 November 2024.

Ia menambahkan, enam segmen itu saling terkait satu sama lain. Sebelum mulai menanam, para petani membutuhkan air untuk menggenangi lahan. Selanjutnya, mereka mencari petunjuk tanam melalui rasi bintang. Rasi bintang itu akan muncul setiap kali mendekati musim penghujan.

“Kami juga menggambarkan lelakut atau orang-orangan sawah, termasuk menceritakan bulir padi yang telah menguning dalam sendratari teatrikal ini,” kata Dama.

Meski kebudayaan agraris itu telah diwariskan secara turun temurun, namun dalam perjalanannya, mereka juga terlibat konflik. Perkembangan modernisasi selalu memicu pertentangan antara menjual lahan pertanian mereka atau tetap menjadi petani.

“Padahal petani pekerjaan yang sangat mulia dalam menyediakan sumber pangan untuk masyarakat,” kata Dama.

Namun pada akhirnya, konflik itu berhasil ditanggulangi dengan Tradisi Baris Kraras. Petani tetaplah sebagai petani yang memberikan penghidupan dari hasil panen padi mereka.

Ungkapan syukur itu diwujudkan melalui tarian Sanghyang Dedari, ikhtiar memuliakan sawah sebagai penghormatan kepada alam.

Untuk membawakan drama teatrikal itu, Dama Dayanu membutuhkan waktu hingga 5 bulan persiapan. Materi drama itu sudah dimatangkan dalam sesi pertemuan latihan. Sampai pada akhirnya, mereka diundang tampil di Subak Spirit Festival di Jatiluwih, Tabanan.

“Dari sisi performing kami harus membawa banyak properti dari Singaraja ke lokasi acara. Itu jadi tantangan tersendiri buat kami, selain waktu latihan yang harus disesuaikan dengan kegiatan kuliah,” jelas Dama Dayanu. (Way)

KORANJURI.com di Google News