Ribuan Desa di 11 Provinsi Tahun ini Terlanda Kekeringan

oleh
Pasokan air bersih untuk warga yang terlanda kekeringan pada musim kemarau tahun ini - foto: Istimewa

KORANJURI.COM – Musim kemarau saat ini berdampak pada kekeringan yang melanda 11 provinsi di Indonesia. Berkurangnya debit air itu terjadi di Pulau Jawa dan Nusa Tenggara.

Data BNPB mencatat kekeringan melanda 111 kabupaten/kota, 888 kecamatan, dan 4.053 desa. Kondisi itu menyebabkan 4,87 juta jiwa terdampak. Masyarakat mengalami kekurangan air bersih sehingga harus mencari air ke sumber-sumber air di tempat lain.

“Sebagian harus membeli air bersih dan menggantungkan pada bantuan droping air bersih,” jelas Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, Kamis, 6 September 2018.

Beberapa wilayah yang mengalami kekeringan cukup luas yakni Provinsi Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, NTB, NTT, dan Lampung.

Sutopo mengatakan, pendataan kekeringan di wilayah Bali masih dilakukan. Namun berdasarkan laporan BPBD, kekeringan tidak terlalu berdampak luas di Bali pada tahun ini.
 
Sutopo menyatakan, gempa Lombok dan Sumbawa menyebabkan dampak kekeringan lebih meningkat. Banyak jaringan pipa air bersih yang rusak sehingga menyebabkan pasokan air bersih berkurang.

“Saat ini di pengungsian mengandalkan bantuan distribusi air dari mobil tangki air, bak penampungan air dan sumur bor yang dibangun pemerintah, dan lainnya,” tambahnya.

Wilayah NTB, menurut Sutopo, sebenarnya telah mengalami kekeringan dan krisis air sebelum terjadi bencana gempabumi. Begitu juga di Provinsi NTT, kekeringan berdampak pada sekitar 866 ribu penduduk yang tersebar di 22 kabupaten/kota, 254 kecamatan dan 896 desa.

Sedangkan di Yogyakarta, kekeringan terdapat di 3 kabupaten/kota, 21 kecamatan, dan 25 desa yang menyebabkan sekitar 132 ribu penduduk terdampak.
 
Musim kemarau diperkirakan berlangsung hingga September 2018. BMKG memperkirakan awal musim hujan tahun ini akan terjadi di bulan Oktober-November-Desember 2018.

“Setiap wilayah berbeda memasuki musim hujan. Sementara itu, puncak musim hujan 2018/2019 terjadi pada Januari-Februari 2019,” jelasnya. (*)

KORANJURI.com di Google News