PPP Bidik Suara Milenial

oleh
Muskercab DPC PPP Sukoharjo 2018 - foto: Media/Koranjuri.com

KORANJURI.COM – Muskercab DPC PPP Sukoharjo 2018 berlangsung pada Minggu kemarin (11/11/2018). Acara yang berlangsung di Resto Candi, Jl. Ir. Soekarno, Solo Baru Sukoharjo, Jateng tersebut dihadiri seluruh caleg PPP asal Sukoharjo.

Ada tiga sesi utama yang digelar dalam acara yakni, pidato politik, pelantikan pengurus PAC PPP untuk Kecamatan Grogol serta Kecamatan Bondosari. Dalam pidato politiknya, masing-masing caleg mengeluarkan visi dan misi. Namun yang paling penting, semua sepakat untuk mengatur strategi pemenangan pemilu lewat kampanye yang dianggap paling efisien.

“Kami sepakat bahwa kampanye paling efisien adalah, memakai strategi dengan paradigma yang lebih reformatif dan lebih segar,” ujar wakil ketua DPC PPP Suratija.

Diuraikan, kampanye yang lebih reformatif dan segar harus benar-benar bisa menyentuh, bahkan harus bisa menggaet anak muda. Diakui atau tidak jumlah pemilih dari kaum milenial setiap waktu selalu bertambah secara signifikan. Untuk itulah, kaum muda merupakan pasar konstituen yang harus bisa digarap semaksimal mungkin.

Jika PPP masih berkutat dengan paradigma lama, tentu akan semakin terpuruk perolehan suaranya.

“Meskipun begitu, kami tetap konsisten dengan ideologi parpol kami. Sehingga kami tetap wajib menggandeng ulama-ulama lokal serta para tokoh sesepuh PPP. Namun kami juga harus terbuka dengan arus perubahan,” sambungnya.

Menurutnya, saat ini situasi politik sudah tidak bisa disamakan dengan jaman dulu. Apalagi dengan kondisi sewaktu jaman orba. Bahkan secara resmi, PPP sekarang juga merapat ke pasangan Jokowi-Ma’ruf yang dianggap sebagai sosok pembaharuan.

“Selama ini masyarakat cenderung menganggap PPP sarat ideologi agama yang kental,” jelas Suratija.

Terkait dengan arus perubahan, dikatakan Suratija, sekarang ini PPP lebih egaliter dengan rakyat dan terbuka dengan anggota dari lintas ormas. Memang anggota serta kader-kader PPP khususnya di wilayah Sukoharjo, sangat beragam, atau lintas ormas. Banyak dari mereka memakai baju NU, Muhamadiyah, LDII, MTA, ataupun ormas lain di luar organisasi utama PPP yang mereka ikuti.

Dengan semakin membuka diri terhadap kaum muda, diharapkan banyak angin segar yang akan membawa kemajuan partai. Dengan kata lain PPP yang baru tidak sektarian atau eksklusif dari segi keanggotaan dan ide-ide baru. Selain beberapa paradigma baru tersebut, PPP juga tak bisa melupakan kedekatan dengan Illahi demi tercapainya tujuan partai.

“Sehingga kami juga mempersilakan para kader untuk menjalani laku spiritual, doa, atau mungkin keprihatinan sesuai dengan keyakinan dan tata-cara yang mereka percayai selama ini,” tutur Suratija lagi.

Disinggung soal strategi pemenangan kampanye, dijelaskan jika caleg atau pengurus partai hanya mengandalkan sumber finansial, jelas tidak akan mampu mengimbangi partai-partai lain dengan kapital besar. Sehingga solusi yang paling efisien adalah, para kader dituntut untuk bisa bekerja dengan cepat dan cerdas. Biaya branding murah adalah dengan memanfaatkan teknologi ataupun medsos.

Selain itu para caleg harus bisa nguwongke atau memanusiakan para kader. Meskipun dengan sumber dana terbatas, mereka dituntut harus bisa merangkul para kadernya. Jadi harus jeli memanfaatkan situasi serta semua peluang yang ada.

Terpenting, dikatakan Suratija, target PPP tidak muluk-muluk. Mereka bisa meraih kursi di DPR atau DPRD meskipun hanya beberapa kursi saja sudah cukup. Selain itu, PPP juga sudah merasa bersyukur jika masih mampu eksis mewarnai dinamika politik, khususnya di Sukoharjo, atau Propinsi dan Nasional.

PPP yakin, jika banyak caleg bisa unggul merebut kursi, dengan sendirinya akan banyak pihak (sponsor) yang akan merapat ke tubuh partai. Jalan yang sekarang harus ditempuh adalah, para caleg harus bisa menyerap aspirasi masyarakat, terutama anak-anak muda.

Acara berlangsung mulai pukul 08.30 hingga 14.00, diwarnai dengan beragam hiburan. Semua pengurus, anggota, caleg, atau kader-kader baru memanfaatkan acara tersebut untuk bisa saling bersilaturahmi. (Med)

KORANJURI.com di Google News