KORANJURI.COM – Ketidaknyamanan pada telinga selama penerbangan adalah hal yang sering terjadi, terlepas dari perbedaan fasilitas yang disediakan masing-masing kelas kabin pesawatnya.
Senyaman apapun kabin pesawat terbang untuk penumpang, fasilitas ekstra yang didapatkan, ruang gerak yang lebih leluasa, tetap saja bisa mengalami keluhan telinga ini. Dikenal juga sebagai telinga barotrauma, barotitis, atau aerotitis.
Dilansir dari Healthy Hearing tahun 2017, Barotrauma dapat disebabkan oleh perubahan tekanan udara ketika turun atau naik yang terlalu cepat. Kita juga bisa mengalami barotrauma telinga ini, saat menyelam atau scuba diving, mendaki gunung, dan bermain ski.
Secara umum, barotrauma telinga terjadi karena perubahan ketinggian yang cepat dan perubahan tekanan udara yang cepat, masalah sementara yang dapat hilang dengan perawatan diri atau ketika perubahan tekanan udara dan air berhenti.
Berdasarkan E-book Diseases of Ear, Nose and Throat, bahwa dalam kondisi fisiologis normal, tekanan udara di rongga telinga tengah kita hampir setara dengan telinga luar. Penyetaraan tekanan udara ini dipertahankan oleh Tuba Eustachius. Sebuah saluran yang menghubungkan rongga telinga tengah dan belakang hidung, masing-masing pada telinga kanan dan kiri.
Gangguan dapat terjadi pada saluran ini dengan perubahan tekanan dan kegagalan ventilasi melalui ruang telinga tengah. Karena efek vakum, jika tekanan udara di dalam ruang telinga tengah berkurang dengan cepat dibandingkan dengan tekanan telinga luar, gendang telinga dapat tertarik ke dalam selama naik atau turunnya pesawat secara tiba-tiba. Peregangan gendang telinga yang tidak biasa dapat memicu rasa sakit di telinga.
Pada saat yang sama, kita juga dapat mengalami penurunan kemampuan pendengaran dari ringan hingga ke berat, telinga berdengung, suara teredam karena gendang telinga tidak dapat bergetar untuk menghantarkan suara secara normal, vertigo, dan kemungkinan terparah adalah hingga menyebabkan terkumpulnya darah pada ruang telinga tengah.
Faktor yang memicu terjadinya barotrauma telinga antara lain ukuran tuba eustachius yang kecil (pada bayi dan balita), flu biasa, sinusitis akut atau kronis, rinitis alergi, riwayat infeksi telinga sebelumnya, dan tidur saat di pesawat selama perubahan tekanan yang cepat di telinga tengah.
Dilansir dari Harvard Health Publishing mengenai Barotrauma tahun 2018, cara mencegah Barotrauma telinga saat penerbangan adalah:
a. Menguap, mengunyah, dan menelan: Saat lepas landas dan mendarat, mengunyah permen karet dan menelan mengaktifkan otot-otot yang mematenkan tuba eustachius, sehingga saluran menjadi tetap terbuka.
b. Jangan tidur selama penerbangan naik dan turun: Jika kita terjaga selama periode perubahan tekanan yang tiba-tiba, kita dapat mempraktikkan langkah-langkah untuk membuka tuba eustachius kapan pun kita merasa tidak nyaman di telinga kita.
c. Menjadwal ulang rencana perjalanan: Jika memungkinkan, lebih baik tidak bepergian dengan pesawat jika mengalami flu biasa, sinusitis, hidung tersumbat, operasi telinga baru-baru ini, atau infeksi telinga.
d. Penggunaan penyumbat telinga: Penyumbat telinga secara perlahan menyamakan tekanan pada gendang telinga kita saat lepas landas dan mendarat pesawat.
e. Penggunaan dekongestan atau obat flu: Menekan peradangan dan produksi cairan hidung yang bisa menutup tuba eustachius, serta melonggarkan jalan napas yang tersumbat: Akan sangat membantu jika diminum 30 menit hingga satu jam sebelum perjalanan.
Apabila sudah terlanjur mengalami keluhan pada telinga baik itu berupa rasa tidak nyaman, nyeri di telinga, berdengung, maka dapat dicoba hal berikut:
a. Manuver Valsava: Dilakukan dengan (1) mencubit hidung; (2) menutup mulut; (3) kemudian meniup kencang seperti meniup balon (Ilustrasi 2 dan 3). Manuver ini sering digunakan untuk menyamakan tekanan di telinga luar dan tengah selama perubahan tekanan sekitar terjadi. Ini membantu mengontraksikan beberapa otot tuba eustachius sehingga mengurangi ruang vakum di telinga tengah.
b. Pendarahan telinga: Jika terjadi perdarahan, sering kali direkomendasikan untuk menutup telinga segera, jangan melakukan manuver valsava, melainkan menunggu hingga pesawat mendarat dan kemudian dieksplorasi di bawah pengawasan dokter ahli. (*)
Baca Artikel Lain KORANJURI di GOOGLE NEWS