Merti Desa, Warga Trirejo di Purworejo Arak Tumpeng dan Gunungan Hasil Bumi

oleh
Gunungan hasil bumi yang diarak warga Desa Trirejo, Loano dalam kirab budaya - foto: Koranjuri.com

KORANJURI.COM – Warga Desa Trirejo, Kecamatan Loano, Kabupaten Purworejo menggelar acara Rampakan atau Kirab Budaya pada Kamis (08/08/2024).

Pada kirab budaya dalam rangka merti desa ini, sebanyak 6 gunungan berupa hasil bumi dan 15 tumpeng diarak oleh warga. Kirab budaya mengambil start dari Dusun Kedungdowo RT 2 RW 3, dilanjutkan dengan menyusuri jalan utama Purworejo-Magelang hingga finish di lapangan Balai Desa Trirejo.

Kepala Desa Trirejo, Andhi Prasetiawan bersama Istri dan anaknya juga perangkat desa lain, mengikuti kirab itu dengan menaiki kuda. Pasukan Bergodo dari Desa Loano mengiringi kirab budaya ini.

Sepanjang rute perjalanan, tampak ribuan warga dari berbagai daerah memadati kanan kiri jalan raya, menyaksikan langsung jalannya kirab. Pihak kepolisian pun diterjunkan untuk mengamankan jalannya kirab budaya.

Usai melakukan kirab, warga kemudian mengikuti acara upacara Golong Gilig dan diakhiri dengan rebutan gunungan hasil bumi oleh warga yang hadir.

“Acara hari ini yaitu acara Rampakan Desa Trirejo, yaitu rangkaian dari Merti Desa. Untuk awal rangkaian pertama kita adalah Umbul Tirto atau Junjung Pertiwi yaitu mengambil air dari sumber mata kehidupan, dimana pada zaman dahulu itu sumber kehidupan di Desa Trirejo itu ada 3 titik atau 3 sumur,” kata Andhi Prasetiawan, saat ditemui usai kegiatan.

Rampakan atau Kirab Budaya diikuti oleh perwakilan warga dari 5 Dusun, 5 RW dan 15 RT yang ada di Desa Trirejo. Mereka berkumpul menjadi satu bersama kelembagaan desa dan melakukan kirab.

“Kalau untuk gunungan yang dibawa jumlahnya ada 6, terdiri dari Pemdes membuat 1 gunungan dan setiap dusun membuat 1 gunungan. Selain itu juga ada kambing gulingnya, terus setiap RT membuat tumpeng lalu ingkung yang dibuat oleh setiap wilayah,” sebutnya.

Gunungan, lanjutnya, dibuat dari berbagai hasil bumi, seperti sayur-sayuran dan buah buahan baik yang berupa polo kependem, polo kesampar, polo gumantung dan dari hasil bumi lain sekitar.

Dalam acara itu juga dilaksanakan upacara Golong Gilig, yang memiliki makna filosofis penggabungan tiga wilayah menjadi Desa Trirejo. Dimana pada zaman dulu sekitar tahun 1913, Desa Trirejo belum terbentuk karena adanya tiga wilayah, kemudian dari tokoh masing-masing wilayah sepakat menyatukan wilayah itu menjadi satu dengan nama Desa Trirejo.

“Itu maksud tadi dari Golong Gilig, tujuan pentingnya dengan golong gilig dan nyawiji roso supaya semua warga menjadi satu perasaan, satu tujuan untuk Desa Trirejo, agar lebih maju, lebih makmur dan tentunya menjadi desa yang mandiri,” jelasnya.

Kegiatan Rampakan atau Kirab Budaya itu merupakan kegiatan pertama kali diadakan oleh warga sejak berdirinya Desa Trirejo tahun 1913. Usai menggelar kegiatan itu Pemdes Trirejo akan menggelar evaluasi dengan melaksanakan Musyawarah Desa (Musdes) Istimewa dengan membahas tentang kegiatan itu, apakah nantinya akan dilaksanakan secara rutin setiap satu tahun sekali, atau dua tahun sekali ataupun juga setiap tiga tahun sekali.

“Kalau untuk yang rebutan gunungan, itu bukan sekedar rebutan biasa, tapi gunungan tersebut kan tadi sudah didoakan, jadi berebut gunungan itu kita artikan juga sebagai berebut berkah, tujuannya adalah keberkahan dan kemakmuran untuk semuanya,” ujarnya.

Rangkaian kegiatan Merti Desa telah dimulai pada tanggal 6 Agustus 2024, yang dalam penanggalan Jawa tanggal 1 Safar. Dan sesuai kesepakatan antara pemerintah desa, tokoh masyarakat dan alim ulama, bahwa merti Desa Trirejo akan dilaksanakan setiap 1 Safar.

“Masih ada pengajian akbar pada tanggal 10 Agustus dan pentas wayang kulit pada tanggal 11 Agustus 2024 sebagai akhir dari rangkaian kegiatan merti desa,” pungkas Andhi. (Jon)

KORANJURI.com di Google News