KORANJURI.COM – Tak ada yang meragukan jika kita menyebut Wayan Koster banyak berkontribusi bagi dunia pendidikan di Bali. Ya, mulai pembangunan SMA/SMK hingga akademi dan Universitas banyak ditorehkan calon Gubernur Bali nomor urut 1 tersebut.
Jejaknya bisa dilacak di seluruh Bali. Di kalangan universitas, nama Wayan Koster juga sudah tak asing. Ia banyak memperjuangkan dana bantuan dari pusat yang disalurkan kepada universitas negeri dan swasta di Bali.
Salah satunya adalah Universitas Mahendradatta. Saat mengunjungi Yayasan Perpustakaan Bung Karno Koster bercerita, dalam hal pendidikan, orang yang kali pertama meminta bantuan kepada dirinya adalah Gus Marhaen.
Koster saat itu masih duduk di kursi Komisi X DPR RI yang salah satu bidangnya adalah pendidikan.
“Saya mengurusi pendidikan mulai PAUD, TK sampai ke perguruan tingkat tinggi mulai dari pembangunan sarana dan prasarananya, perpustakaan, buku, guru, laboratorium dan lain sebagainya,” kata Koster di hadapan sekitar 200 mahasiswa, Jumat (6/4) di Gedung Pancasila, Museum Bung Karno.
Dalam hal kesejahteraan guru dan dosen, Koster ikut memperjuangkan melalui terbentuknya UU Nomor 14 Tahun 2005.
“Sekarang sudah sejahtera guru dan dosennya, mereka mendapat tunjangan melalui program sertifikasi berdasarkan undang-undang yang saya perjuangkan itu,” ujarnya.
Selanjutnya, bagi siswa tak mampu juga mendapat bantuan dari pemerintah untuk menempuh pendidikannya.
Berkaitan dengan perguruan tinggi swasta, Koster ingat betul ketika pada tahun 2006 silam datang Gus Marhaen meminta agar Universitas Mahendradatta diberikan bantuan.
Saat itu, hanya universitas negeri saja yang mendapat bantuan dari APBN. Merasa bertanggungjawab, Koster akhirnya memperjuangkan bantuan pendanaan bagi universitas swasta di Indonesia.
“Saya akhirnya memperjuangkan skema kebijakan bahwa pendidikan dasar, menengah dan tinggi tidak boleh dibeda-bedakan. Awalnya Dirjennya ngotot tidak mau bantu perguruan tinggi swasta. Tapi akhirnya perjuangan saya berhasil, ada bantuan hibah ke seluruh perguruan tinggi di Indonesia,” kenangnya.
Di Bali, universitas swasta yang paling pertama mendapat bantuan dari hasil perjuangannya adalah Universitas Mahendradatta.
“Jumlahnya itu Rp1 miliar. Sudah empat kali Universitas Mahendradatta mendapat bantuan itu,” jelasnya.
Koster juga ikut mengurusi S2 Universitas Mahendradatta, termasuk akreditasinya. Hal lain yang diperjuangkan Koster adalah Museum dan Perpustakaan Agung Bung Karno.
“Dulu itu belum ada dana bantuan dekonsentrasi, hibah dari pemerintah ke lembaga swasta. Yang ada itu hanya kepada pemerintah daerah,” beber Koster.
Lantaran ia melihat Gus Marhaen adalah pribadi yang tekun mengurusi segala hal tentang peninggalan Bung Karno, Koster akhirnya kembali memperjuangkan anggarannya.
“Sebab saya lihat buku-buku itu banyak di gang berceceran. Saya bilang ini harus dibuatkan perpustakaan agar tidak tercecer seperti ini,” ujar dia.
Tahap pertama, Koster membantu memperjuangkan ruang pemeliharaan, AC dan genset. Selanjutnya, ia berkonsultasi agar bisa mendapatkan anggaran untuk membangun perpustakaan yang dilakukan oleh swasta.
“Akhirnya bisa mendapat bantuan Rp 4 miliar dari Bappenas. Itu perjuangan yang saya lakukan untuk pendidikan di Bali,” papar dia.
Kedepan, salah satu fokus utama Koster adalah pengembangan SDM (Sumber Daya Manusia) di Bali.
“Salah satu fokus saya pengembangan SDM, karakter dan kualitas manusia Bali. Ada tiga hal fokusnya yakni jati diri, integritas moral dan kompetensi serta profesionalitas orang Bali,” urai Koster.
Ia ingin manusia Bali memiliki nilai bersaing lebih dibanding warga lainnya. Hal itu dilakukannya guna menghadapi persaingan yang akan dihadapi ke depan baik skala lokal, nasional maupun global. (*)