KORANJURI.COM – Masyarakat Purworejo, belakangan ini merasakan ‘kelangkaan’ gas 3 kg. Mereka agak kesulitan mencari gas melon di pasaran. Sejumlah warga yang ditemui mengeluhkan hal ini.
Seperti pengakuan Tuslifah (42), warga Kalirejo, Grabag. Ibu 2 anak ini sampai mencari gas 3 kg hingga ke luar desa. Dia merasakan sulitnya mencari gas bersubsidi ini, beberapa minggu terakhir ini.
“Kalau harga masih stabil di kisaran Rp 19.000,- sampai Rp 20.000,- per tabung di pasaran. Tapi barangnya susah dicari. Kita sampai pesan jauh-jauh hari,” ujar Tuslifah.
Soal kelangkaan gas 3 kg ini, dibantah keras oleh C. Panji, koordinator agen gas elpiji 3 kg untuk wilayah Purworejo. Menurut Panji, tahun ini, dari bulan Januari hingga Agustus, alokasi gas 3 kg untuk wilayah Purworejo mencapai 485.760 tabung perbulan.
Jumlah itu ada peningkatan sekitar 7%, dibanding tahun 2016, yang mencapai 455.600 tabung per bulannya. Dengan peningkatan itu, alokasi hariannya mencapai 16.994 tabung.
Panji menduga, kelangkaan terjadi, karena terjadi peningkatan konsumsi gas di masyarakat. Konversi minyak tanah ke gas sudah mulai merata di masyarakat yang cenderung menggunakan gas ukuran 3 kg.
Selain itu, Panji juga menduga kelangkaan terkait dengan beredarnya rumor, kalau gas 3 kg akan ditarik dari pasarandan diganti dengan gas non subsidi ukuran 5,5 kg.
“Yang biasa beli satu, jadi nambah, takut nggak kebagian karena ditarik. Itu salah satu penyebab gas melon ‘langka’ di pasaran,” ujar Panji, Kamis (14/9), dari PT Eka Karya Asta ini menduga.
Panji menjelaskan, pemerintah bukannya mengganti gas bersubsidi 3 kg menjadi gas non subsidi 5,5 kg. Lebih tepatnya, untuk memberikan alternatif pilihan elpiji non subsidi dengan harga terjangkau bagi masyarakat yang mampu.
Tujuannya, supaya konsumsi gas 3 kg untuk rakyat miskin tepat sasaran. Sementara untuk gas non subsidi 5,5 kg, sasarannya masyarakat mampu, dalam hal ini para pegawai negeri, TNI, Polri. Jadi jatah gas bersubsidi 3 kg untuk masyarakat miskin masih ada.
“Masyarakat bisa menukar 2 tabung gas 3 kg dengan tabung 5,5 kg plus isi, dengan menambah uang Rp 125 ribu. Bisa ditukar di pangkalan-pangkalan,” kata Panji, didampingi Kristanto, dari PT Dian Patra Rajasa.
Untuk gas 5,5 kg ini, harga di pasaran mencapai Rp 65 ribu pertabung. Menurut Panji, untuk memasyarakatkan gas non subsidi 5,5 kg bagi kalangan mampu ini, perlu dukungan pemerintah. Hal tersebut, sudah dilakukan pemerintah Kabupaten Temanggung dan Kebumen, dengan pendeklasarian pemakaian gas 5,5 kg bagi kalangan PNS, TNI dan POLRI. (Jon)