KORANJURI.COM – Ninja Xpress mengalami kebocoran data akibat unmasking yang dilakukan oleh pekerja harian perusahaan ekspedisi itu berinisial T.
Wakil Direktur Reserse Siber Polda Metro Jaya AKBP Fian Yunus mengatakan, data-data yang diambil itu berupa dokumen elektronik milik pelanggan yang membeli barang COD.
Isi dokumen itu berupa data pesanan mencakup nama pemesan, jumlah pemesanan, jenis pesanan, alamat pengiriman, nomor handphone pemesan dan biaya COD.
“Berawal dari tersangka G yang masih DPO menawari tersangka MFB untuk mengambil data konsumen dengan dihargai Rp2.500 per data,” kata Fian Yunus, Jumat, 11 Juli 2025.
Setiap data konsumen yang ada di perusahaan pengiriman Ninja Xpress dilindungi oleh kode rahasia yang disebut OpV2. Dengan begitu, kata Fian, tidak semua karyawan bisa mengaksesnya.
MFB kemudian menyuruh tersangka T untuk mendapatkan data itu dengan imbalan Rp1.500 per data. Kata Fian, T bertugas mensortir data paket COD milik pelanggan sehingga punya akses ke OpV2.
Sepanjang Desember 2024 hingga Januari 2025, Ninja Express mendapatkan 100 laporan komplain dari kustomer COD yang membeli barang secara online melalui e-commerce Tiktok.
Sedangkan, prosedur yang ada untuk pembelian COD yakni, barang akan sampai ke pembeli dalam waktu 7 hari kerja. Tapi, dari hasil audit yang dilakukan perusahaan, ada 294 pengiriman COD yang selesai lebih cepat dari 7 hari.
“Tersangka T ini menggunakan akun milik Karyawan Ninja Xpress lain tanpa sepengetahuan pemilik akun. Dia mengakses ke sistem operasional Ninja Xpress,” kata Fian.
Data pelanggan yang dicuri itu tersebar untuk pengiriman paket COD ke wilayah Cirebon, Bandung dan Majalengka.
T ditangkap di rumahnya Jalan Pasirluyu, Kota Bandung, Jawa Barat pada pada Senin (5/5/2025). Sedangkan MFB ditangkap di rumahnya Blok Sembung, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. (Thalib)
