KORANJURI.COM – 1 Juni sebagai hari lahir Pancasila selalu diikuti dengan perayaan bulan Bung Karno di Provinsi Bali. Bulan Juni, dikatakan Gubernur Bali Wayan Koster, menjadi bulan sakral.
Dimulai dari 1 Juni yang merupakan Hari Lahir Pancasila, 6 Juni hari lahir Bung Karno dan 21 Juni merupakan hari wafat sang proklamator.
Untuk mengenang, menghormati, dan memaknai hari-hari penting tersebut, Gubernur Bali merilis Peraturan Gubernur Bali Nomor 19 Tahun 2019 tentang Bulan Bung Karno di Provinsi Bali. Tahun ini merupakan penyelenggaraan Bulan Bung Karno yang ketiga.
“Perlu saya sampaikan, dari 636 Desa di Bali, sebanyak 427 Desa (67%) menyelenggarakan kegiatan Bulan Bung Karno. Tahun 2022 diharapkan semua Desa sudah bisa melaksanakan Bulan Bung Karno,” kata Gubernur Wayan Koster di Gedung Ksirarnawa Taman Budaya Bali, Selasa (1/5/2021).
Bulan Bung Karno Provinsi Bali tahun 2021 mengambil tema ‘Wana Kerthi: Taru Prana Bhuwana’ atau Pohon sebagai Nafas Bumi. Gubernur mengatakan, tema itu selaras dengan visi ‘Nangun Sat Kerthi Loka Bali, melalui Pola Pembangunan Semesta Berencana menuju Bali Era Baru’.
Koster menjabarkan, menjaga kesucian dan keharmonisan alam Bali beserta isinya, sesuai dengan prinsip Tri Sakti Bung Karno, berdaulat secara politik, berdikasi secara ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan.
“Tidak boleh gentar, lemah, dan putus asa, betapapun tantangan dan godaan hadir untuk membelokkan cita-cita ini, Kita harus tetap tegak demi kelangsungan harmoni alam, manusia, dan kebudayaan Bali,” jelas Koster.
Gubernur Bali asal Desa Sembiran, Buleleng ini menarik sebuah kisah Bung Karno saat menggali ide yang akhirnya menjadi maha karya Ideologi bangsa, Pancasila.
Kontemplasi mendalam dilakukan oleh Bung Karno sambil melihat, menatap, dan memasuki desa-desa di Indonesia. Termasuk kala Bung Karno di pengungsian di Ende, Nusa Tenggara Timur.
Koster berkisah, saat itu Bung Karno merenung di bawah pohon sukun dan melihat energi supranatural yang bekerja pada dahan Sukun. Energi itu dirasakan oleh Bung Karno, harmoni dengan kehidupan dan nafas Indonesia.
“Bagaimana pun penghormatan paling utama kepada Bung Karno adalah dengan meneladani dan melaksanakan ide, pemikiran, gagasan, dan cita-citanya untuk Indonesia Raya,” kata Koster.
Peringatan Hari Lahir Pancasila di Taman Budaya Bali ditutup dengan pagelaran drama tari musikal Bung Karno bertajuk ‘Di Bawah Pohon Sukun’. (Way)