Bukti Ilmiah Candi Tidak Dibangun Melalui Bantuan Jin



KORANJURI.COM – Indonesia dikenal memiliki ribuan bangunan candi yang tersebar di seantero pelosok Nusantara.
Tak heran, jika keberadaan bangunan candi menjadi bukti kemajuan peradaban nenek moyang kita di masa silam.
Jika dikaji secara lebih dalam, kemajuan peradaban yang kita miliki saat ini, sebenarnya merupakan ‘kemunduran’ dari sebuah peradaban masa silam.
Terbukti sampai saat ini, kita tidak mampu membangun bangunan serupa bangunan candi yang mampu bertahan hingga ribuan tahun di tengah ruang geografis langganan bencana.
Teknologi pembangunan candi banyak diakui oleh para peneliti, merupakan cikal bakal tehnologi modern saat ini. Banyak bukti kemajuan teknologi dalam sebuah bangunan candi. Maka, tidaklah memalukan jika diakui peradaban saat ini sebagai sebuah kemunduran perabadaban nenek moyang kita.
Bukti kemajuan peradaban masa silam, tidak hanya dalam hal teknologi pembangunan. Namun konsistensi kebijakan yang dipegang teguh secara terus menerus oleh penentu kebijakan, merupakan bukti keberhasilan tata kelola negara di masa silam.
Hal itu terlihat dari pengerjaan pembangunan candi Borobudur yang di perkirakan memakan waktu selama tujuh puluh tahun.
Mindset masyarakat menggantikan pengetahuan ilmiah dengan paradigma mistis. Jika, candi dibangun dengan menggunakan bantuan jin, semakin memperparah pola pikir bangsa ini.
Teori penyesatan tersebutt, bisa jadi memang disengaja dilakukan oleh kolonialisme, agar masyarakat kita bodoh dan mudah dijajah.
Terbukti kajian dan penelitian peradaban candi, justru kerap dilakukan oleh para peneliti dari luar. Padahal, hasil dari kajian tersebut sebenarnya dapat di jadikan sebagai cikal bakal pengembangan teknologi modern.
Kemajuan teknologi, tata negara, ekonomi, sosial dan politik, tampaknya sudah ada sejak ribuan tahun silam di era Medang atau yang kerap di sebut sebagai kerajaan Mataram Kuna.
Salah satu bukti kemajuan teknologi tersebut, dapat dilihat dari keberadaan bangunan Candi Borobudur yang dikatakan oleh Dr. Budiono sebagai keagungan peradaban Nusantara. Medang juga menguasai perdagangan lewat jalur laut dengan hasil bumi berupa Kapulaga dan Kayumanis.
Dalam hal suplai logistik, di era Medan, bangunan ekonomi seperti pasar, tidak serta merta dibangun. Melainkan, menganut sistem pancawara. Transaksi jual beli yang dimulai dari satu wilayah yang berada di tengah atau kuliwon (Kliwon). Model transaksi seperti itu dilakukan sebagai upaya pemerataan ekonomi, sehingga kemakmuran masyarakat dapat terwujud.
Tradisi jual beli tersebut sampai saat ini masih kita kenal saat hari pasaran di hampir sejumlah pasar tradisional.
Pria yang aktif memberikan penyuluhan dan edukasi melalui Medang Heritage Society ini mengatakan, Medang adalah kerajaan yang pernah berjaya di era abad ketujuh sampai abad sepuluh Masehi. Majapahit Kuno merupakan cikal bakal kerajaan kerajaan besar di Jawa seperti, Jenggala, Panjalu, Kediri, Singosari maupun Majapahit sendiri.
“Jika dirunut secara genealogi, Majapahit memiliki histori dengan kerajaan Islam seperti Demak, Pajang, Mataram, Kartasura, Surakarta dan Jogyakarta,” jelas pria yang akrab dipanggil Ki Budiyono ini.
Sementara, Medang Heritage Society (MHS) adalah wadah para individu yang memiliki minat, kepedulian dan ketertarikan dalam melakukan kajian ilmiah multidisipliner, menghimpun dan menyebarluasakan informasi dan penyuluhan sebagai upaya pelestarian warisan budaya dan peninggalan warisan Medang.
Keberadaan kerajaan-kerajaan, kata Budiyono, memberikan kontribusi besar terhadap pembentukan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Oleh karena itu, warisan yang ditinggalkan para pendahulu adalah bukti kejayaan bangsa Indonesia dalam menunjukan jati dirinya.
Warisan bukti kebesaran jati diri bangsa Indonesia tersebut, sudah selayaknya terus digali, dikaji dan diaktualisasikan untuk kepentingan masa kini, sebagai tanggung jawab kepada generasi yang akan datang.
Atas dasar rasa kepedulian inilah, maka Medang Heritage Society mencoba mewujudkan pelestarian warisan Medang untuk pembangunan manusia.
Harapannya, terang Dr. Budiono, mampu mendorong pengkajian multidispliner dari berbagai aspek warisan kebudayaan dan peninggalan peradaban Medang. Menghimpun serta menyebarluaskan informasi pentingnya upaya penyelamatan dan perlindungan warisan kebudayaan dan peradaban Medang.
Melakukan Pendidikan dan penyuluhan di tengah masyarakat dalam upaya pelestarian warisan kebudayaan dan peradaban Medang.
Tonggak berdirinya Medang atau yang dikenal oleh masyarakat umum sebagai Mataram Kuna berawal dari ditemukannya pecahan-pecahan prasasti di Gunung Wukir yang berhasil disatukan dan di baca oleh para peneliti.
“Diketahui, peradaban Medang diawali dari Prabu Sanjaya saat mendirikan lingga di Gunung Wukir pada abad ke VII berdasarkan prasasti yang ditemukan. Prasasti ini dianggap sebagai tonggak awal pendirian Medan,” jelas Nuvo Endarto, selaku pemegang badan hukum komunitas Masyarakat Peduli Warisan Medang (Medang Heritage Society)
Menurut hasil kajian para ahli, selain di Jawa Tengah, ibukota Medang juga pernah berpindah-pindah ke beberapa tempat. Disebutkan, selain di Pohpitu, Mpu Sendok juga pernah memindahkan ibukota Medang di daerah Jawa Timur.
Perpindahan tersebut selain faktor peperangan juga akibat kejadian bencana alam. Sebuah kerajaan jika sudah mengalami peperangan biasanya akan di pindahkan ke daerah lain. Sedangkan salah satu bukti sejarah kebesaran peninggalan peradaban Medang saat ini yaitu candi Borobudur dan Prambanan.
Bukti jejak peninggalan teknologi, tidak hanya terlihat pada proses pembangunan candi, tetapi teknologi metalurgi juga ditinggalkan oleh peradaban Medang. Alat pahat yang dipakai untuk memahat candi merupakan bukti sudah dikenalnya teknologi metalurgi di era Medang.
Begitupun konsistensi pembuatan batu candi yang dipahat oleh masyarakat Medang dari berbagai daerah, lantas dikumpulkan dan disatukan menjadi sebuah bangunan candi dengan perhitungan yang sangat presisi.
Bukti peradaban kemajuan teknologi ini sebenarnya merupakan kekayaan bangsa Indonesia.
Dalam catatan sejarah, Raffles, merupakan orang pertama yang mengungkapkan adanya sebuah bangunan megah di Jawa dari hasil laporan temuan para penelitinya yang menemukan Candi Borobudur.
Dikatakan, jika peradaban saat itu (era kolonialisme) berarti sebuah kemunduran, dibandingkan dengan hasil temuan para penelitinya.
Bukti kemajuan peradaban Medang oleh Medang Heritage Sosciety kerap diungkapkan saat diskusi ilmiah bersama para guru sejarah. Mereka diberikan banyak pemahaman dari hasil kajian ilmiah tentang kemajuan peradaban Medang agar bisa disampaikan kepada para anak didiknya.
“Sebab banyak sejarah masa silam di pakai sebagai bahan pendidikan di sekolah yang belum tentu benar,” jelas Nuvo.
Oleh sebab itu, melalui diskusi ilmiah, Masyarakat Heritage Society kerap memberikan penyuluhan tentang peradaban Medang.
Meski tantangan di lapangan diakuinya memang berat, karena mengembalikan mindset masyarakat yang terlanjur melekat dengan dogma legenda ke mindset teknologi ilmiah. (DJK)