Balai Bahasa Bali Perkuat Model Pelindungan Bahasa Daerah

    


Balai Bahasa Provinsi Bali menggelar Rapat Koordinasi Antarinstansi dalam rangka Implementasi Model Pelindungan Bahasa Daerah di Ubud, Sabtu, 18 Maret 2023 - foto: Koranjuri.com

KORANJURI.COM – Revitalisasi Bahasa Daerah terus dikembangkan dengan berbagai model dan cara ajar yang lebih menarik. Dalam hal ini, Balai Bahasa Provinsi Bali mengeluarkan sejumlah produk revitalisasi antara lain, inventarisasi lontar dan mendukung bahan ajar berupa kamus bahasa daerah.

Kepala Balai Bahasa Provinsi Bali Valentina Lovina Tanate, M.Hum. mengatakan, pihaknya saat ini mengembangkan program unggulan yakni, digitalisasi kamus bahasa daerah, koleksi lontar, koleksi cerita anak yang dikemas secara digital, program Subasita, dan mengembangkan sosialisasi melalui media sosial.

“Dukungan pemerintah terhadap pelestarian bahasa daerah (Bali) itu kan luar biasa, ada bulan bahasa Bali, itu upaya yang luar biasa, di Bali kan masih kondisi aman (bahasa daerah). Saya kira dukungan pemerintah itu sangat penting,” kata Valentina dalam Rapat Koordinasi Antarinstansi dalam rangka Implementasi Model Pelindungan Bahasa Daerah di Ubud, Sabtu, 18 Maret 2023.

Menurut Valentina, yang terpenting adalah bagaimana membangun sinergi dengan pemerintah. Sehingga, program revitalisasi bahasa bisa berjalan dengan baik. Kondisi Bahasa Bali sendiri menurut Valentina, saat ini masuk established dan belum terlihat mengalami degradasi.

Kepala Balai Bahasa Provinsi Bali Valentina Lovina Tanate, M.Hum

Kepala Balai Bahasa Provinsi Bali Valentina Lovina Tanate, M.Hum

Pihaknya mengapresiasi komitmen Pemprov Bali dalam menjaga dan melindungi bahasa daerah. Hal itu, tertuang dalam Pergub Nomer 80 tahun 2018 tentang Perlindungan dan Penggunaan Bahasa, Aksara dan Sastra Bali serta Penyelenggaraan Bulan Bahasa Bali.

“Dan saya melihat bahasa Bali penuturnya masih banyak dan dalam kondisi aman,” kata Valentina.

Sementara, Kepala Pusat Pengembangan dan Pelindungan Bahasa dan Sastra Drs. Imam Budi Utama M.Hum. mengungkapkan, Indonesia menjadi negara kedua di dunia dengan jumlah bahasa daerah terbanyak setelah Papua Nugini.

“Kita memiliki 718 bahasa daerah dan dapat dikatakan, sebagai negara yang punya bahasa daerah terbanyak kedua setelah Papua Nugini yang memiliki 800 bahasa daerah,” kata Imam.

Namun menurutnya, data UNESCO menyebutkan, dari 7.000 bahasa di dunia, dalam 30 tahun terakhir, tidak kurang dari 200 bahasa yang punah atau tidak digunakan lagi penuturnya.

Imam mengungkapkan indikasi yang jadi penyebab kemunduran bahkan kepunahan bahasa daerah. Pertama, sikap bahasa. Menurutnya, perilaku tersebut menjadi tantangan terbesar. Mengingat, sikap akan berpengaruh terhadap penutur bahasa daerah.

Kemudian, perpindahan penduduk atau migrasi juga berpengaruh besar terhadap kemunduran penutur bahasa daerah. Selanjutnya adalah kawin silang dan globalisasi.

“Dan bahasa Bali pasti akan terjadi penurunan terutama untuk generasi alpha dan Z. Jadi, kondisinya bisa dikatakan tidak baik-baik saja. Yang bisa diintervensi adalah sikap bahasa, kepada generasi Z harus ditumbuhkan sikap bahasanya,” kata Imam.

“Bukan berarti menjadi penutur bahasa daerah, jadi sesuatu yang ketinggalan jaman. Kita mengubah mindset dan pola pikir menggunakan bahasa daerah adalah luar biasa,” tambahnya.

Sedangkan dalam program revitalisasi Bahasa Daerah, Imam Budi Utama mengungkapkan, program yang diinisiasi Pusat Pengembangan dan Pelindungan Bahasa dan Sastra Kemdibud itu, peserta dan sasarannya semakin bertambah.

Di tahun 2021 hanya ada 5 bahasa. Kemudian tahun 2022 ada 39 bahasa di 13 provinsi. Kegiatan itu diikuti oleh. 2,9 juta siswa. Pada 2023 lokusnya merambah 22 provinsi dengan 59 bahasa yang menjadi fokus revitalisasi.

“Tampaknya pemerintah daerah semakin sadar untuk menjaga dan melindungi bahasa daerah. Di sini kami melibatkan semua unsur untuk melindungi bahasa daerah,” jelas Imam Budi Utama. (Way)

Baca Artikel Lain KORANJURI di GOOGLE NEWS