Tanam Buah Labu, Musikus Asal Ubud Produksi Alat Musik Balafon

oleh
Neo Akbar, kreator Balafon yang merupakan perkusi asal Afrika - foto: Koranjuri.com

KORANJURI.COM – Di Ubud, ada seorang seniman yang mengembangkan alat musik Balafon. Neo Akbar, pemuda asal Magelang, Jawa Tengah itu, tinggal di Ubud dan mulai merancang alat musik asal Afrika itu.

Balafon merupakan alat musik pukul yang terbuat dari potongan kayu dan bambu yang dibawahnya diletakkan Labu yang berfungsi sebagai resonator suara.

“Saya belum pernah lihat secara langsung Balafon ini, kecuali dari internet. Dulunya saya memang pemain Gambang, kemudian mulai merancang Balafon di tahun 2008,” jelas Neo ditemui di Shrida Ubud Restaurant, Sabtu (15/6/2019).

Untuk membuat seperangkat Balafon ini dibutuhkan material berupa buah Labu, kayu dan bambu. Material yang paling sulit didapatkan, menurut Neo adalah buah Labu. Tidak semua tempat di Indonesia ada Labu seperti yang dibutuhkan.

“Labu ini berfungsi sebagai resonator suara,” jelas Neo.

Tak kurang akal dengan dibarengi kesabaran tinggi, Neo Akbar mulai menanam biji tanaman labu yang ia dapat dari kawan-kawannya di Thailand.

Ada 11 jenis tanaman Labu yang berhasil ditanamnya di rumah. Karena menurut Neo, karakter tanaman Labu hanya bertahan 9 bulan dan setelah panen langsung mati. Dari 11 jenis yang berhasil ditanamnya menghasilkan buah yang berbeda.

“Ada Labu botol yang bentuknya bulat, ada yang panjang, ada yang kecil, kemudian ada Labu seperti yang biasa kita lihat diisi arak itu,” jelas pria jebolan Fakultas Sejarah Universitas Negeri Yogyakarta ini.

Setelah dipanen buahnya, Labu yang akan dipakai kemudian dikeringkan secara maksimal. Proses pengeringan itu juga memakan waktu. Sehingga, untuk memproduksi satu alat musik Balafon membutuhkan waktu sampai setahun.

Tak mengherankan, di kalangan terbatas, Neo menjual Balafon yang diproduksinya paling murah seharga Rp 8 juta. Sedangkan untuk Balafon dengan nada kromatik harganya bisa sampai Rp 18 juta, yang pernah ia jual.

“Balafon ini bukan nada pentatonik tapi sudah diatonik, dan bisa juga dibuat untuk nada kromatik, jadi bisa dimainkan secara harmonis dengan alat musik lain seperti gitar atau piano,” ujarnya.

Cara memainkan alat musik Balafon ini bisa dilakukan satu orang, tapi bisa juga dimainkan oleh dua orang sekaligus. Dengan pembagian, satu orang memainkan irama dan satunya lagi bermain pada bagian melodi.

Suara yang dihasilkan pun terdengar lembut, dan hingga saat ini, Balafon sering digunakan sebagai musik untuk mengiringi aktifitas Yoga.

“Disini banyak komunitas Yoga yang dikenal dengan Ubudian. Disitulah, mereka terkadang membutuhkan suasana tenang dengan alat musik Balafon ini,” jelasnya.

Menekuni dunia musik perkusi itu, Neo Akbar sering berkolaborasi dengan musisi luar dan musisi nasional yang tinggal di Ubud. Salah satunya dengan musikus Christ Berry dari Hawai.

Dengan alat musik Balafonnya, Neo Akbar kerap diundang untuk mengisi acara di restoran dan hotel yang ada di Ubud. (Way)

KORANJURI.com di Google News